WahanaNews.co, Bireuen - Seorang pemuda bernama Imam Masykur, yang berusia 25 tahun, diduga menjadi korban pembunuhan yang melibatkan seorang anggota Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) berinisial Praka RM.
Ibu dari korban, yang bernama Fauziah, membagikan informasi tentang Imam Masykur, anaknya, yang berasal dari Mon Keulayu, Kecamatan Gandapura, Kabupaten Bireuen, Aceh.
Baca Juga:
Peredaran Ganja Asal Aceh Tujuan Sumbar 624 Kg Diungkap BNN
Menurut Fauziah, Imam Masykur meninggalkan tempat asalnya pada tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 2022, untuk merantau ke wilayah Tangerang Selatan, Banten.
Fauziah menceritakan bahwa selama merantau, anaknya, Imam Masykur, sempat bekerja di industri kosmetik. Namun, belakangan, dia membuka kios kosmetik sendiri. Itu adalah awal perbaikan kehidupan Imam, kata Fauziah.
"Empat bulan terakhir, dia telah membuka usaha kosmetik di daerah Tangerang Selatan," kata Fauziah seperti yang dikutip dari Kompas pada Senin (28/8/2023).
Baca Juga:
Dari Aceh, Presiden Jokowi Lanjutkan Kunjungan Kerja ke Provinsi Sumatra Utara
Fauziah juga menjelaskan bahwa anaknya, Imam Masykur, pernah menghubungi keluarga dan meminta agar mereka memberikan sejumlah uang tebusan sebesar Rp50 juta pada tanggal 12 Agustus 2023.
"Uang tersebut diminta untuk diserahkan karena dia telah diculik. Saya tidak tahu apa sebenarnya masalahnya," ujar Fauziah.
Fauziah mengungkap bahwa dia bahkan sempat berkomunikasi dengan pelaku yang menuntut pembayaran uang tebusan dalam jumlah besar. Pelaku tersebut mengancam dan meminta agar uang tebusan segera diserahkan.
Fauziah, yang menerima ancaman tersebut, kemudian menyatakan setuju untuk mengirimkan uang tebusan dan memohon agar pelaku tidak melakukan kekerasan terhadap anaknya.
"Pelaku mengatakan, jika Anda mencintai anak Anda, kirimkan Rp 50 juta. Saya menjawab bahwa saya akan mengirimkannya. Mohon tidak melakukan kekerasan terhadap anak saya," kata Fauziah.
Fauziah melanjutkan dengan menjelaskan bahwa pelaku mengancam akan membunuh anaknya jika uang tebusan tidak dikirimkan, dan mereka akan membuang mayatnya ke sungai.
Namun, meskipun berusaha mencari uang yang diminta oleh pelaku, Fauziah tidak dapat mengumpulkan jumlah uang sebanyak Rp 50 juta karena keterbatasan ekonominya.
Kemudian, pada tanggal 24 Agustus 2023, Fauziah mendapat kabar yang sangat mengejutkan bahwa anaknya telah meninggal dunia dan jasadnya berada di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.
Fauziah merasa bingung dan bertanya-tanya mengenai penyebab anaknya yang berusia 25 tahun ini menjadi korban penculikan dan kekerasan yang menyebabkan kematian oleh seorang anggota Paspampres.
“Apa salah anak saya Pak Jokowi, sampai dibunuh oleh oknum pengawal bapak?” kata Fauziah dalam bahasa Aceh.
Karena itu, Fauziah dengan tegas meminta kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk mengambil peran dalam menangani kasus kematian anaknya. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa pelaku yang terlibat adalah anggota Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) yang bekerja dalam lingkungan pengamanan presiden.
"Fauziah menekankan perlunya keadilan dari presiden," kata Fauziah.
Fauziah berpendapat bahwa anggota Paspampres yang terlibat dalam pembunuhan anaknya, Imam Masykur, seharusnya dihukum mati sebagai hukuman yang setimpal dengan perbuatannya.
"Kami berharap pelaku dihukum seberat-beratnya. Ini agar tidak ada lagi korban lain di negara ini seperti yang dialami anak saya," ungkap Fauziah. "Saya berharap insiden ini menjadi yang terakhir bagi anak bangsa ini. Cukup saya dan anak saya yang merasakan sakitnya."
Sementara itu, menurut keterangan dari keluarga korban, Said Sulaiman, Imam Masykur diculik dari sebuah toko kosmetik di wilayah Rempoa, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten, pada tanggal 12 Agustus 2023.
Ketika Imam Masykur dibawa paksa oleh anggota Paspampres, Said Sulaiman mengungkapkan bahwa Imam sempat menghubungi keluarganya untuk meminta uang tebusan sejumlah Rp 50 juta. Imam juga mengirimkan bukti dalam bentuk telepon dan video penganiayaan yang dialaminya kepada keluarganya untuk membuktikan bahwa dia diculik.
"Pelaku juga mengirimkan video penganiayaan yang dialami Imam. Setelah itu, Imam tidak dapat dihubungi," kata Said mengutip dari Kompas.id.
Dalam video yang dikirimkan kepada Said, terlihat bahwa Imam Masykur sedang disiksa oleh pelaku. Imam terus menangis dan memohon kepada keluarganya untuk segera mengirimkan uang tebusan agar penyiksaan terhadapnya dihentikan.
Setelah mendapat telepon, Sid menuturkan korban tidak bisa dihubungi lagi dan juga tidak kembali pulang ke rumah.
Karena sebab itulah , Said bersama keluarganya melaporkan kejadian tersebut ke Polda Metro Jaya pada 14 Agustus 2023.
Setelah berhari-hari tidak mendapat kabar dari Imam, Said mengatakan, pihak keluarga kemudian mendapat kabar bahwa Imam telah tewas pada Kamis (24/8/2023).
Selanjutnya, ia dan keluarganya mendatangi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, untuk mengambil jenazah Imam Masykur.
Adapun Jenazah Imam saat ini sudah dikebumikan di kampung halamannya pada Sabtu, 26 Agustus 2023.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]