WahanaNews.co | Dalam tahapan proyek jet tempur KF-21 Boramae Indonesia-Korea Selatan, pesawat tempur canggih tersebut dijadwalkan ‘terbang’ di tahun 2022 ini.
Berbagai langkah pematangan jet tempur KF-21 Boramae Indonesia dan Korea Selatan telah dilakukan.
Baca Juga:
Israel-Iran di Ambang Perang, AS kirim Jet Tempur F-22 ke Timur Tengah
Salah satunya adalah evaluasi penerbangan dan uji kinerja injek KF-21 Boramae buatan Indonesia dan Korea Selatan yang sedang dikebut.
"Evaluasi penerbang dan uji kinerja injeksi dilakukan pada Unit 3," tulis theguru.co.kr melaporkan perkembangan jet tempur kebangaan Indonesia dan Korea Selatan.
Tak cuma perkembangan pembuatan KF-21 Boramae, biaya operasional per jam jet tempur buatan Indonesia dan Korea Selatan juga mulai bocor ke permukaan.
Baca Juga:
KBRI Korea Selatan: Dua WNI Terlibat Kasus Jet Tempur KF-21 Boramae
Sébastien Roblin, jurnalis militer sekaligus petugas Peace Corps di China, menyebut KF-21 Boramae akan memiliki kecepatan maksimum Mach 1,83 dan jangkauan feri 1.800 mil.
"Senjata dipasang pada enam cantelan di bawah sayap dan empat cantelan di bawah badan pesawat, dengan muatan maksimum tujuh belas ribu pound.
Tonjolan di atas mesin kiri tampaknya untuk pemasangan meriam Vulcan 20 milimeter yang sesuai.
Tidak jelas apakah KF-21 akan memenuhi persyaratan yang ditetapkan sebelumnya untuk supercruise (mempertahankan kecepatan supersonik tanpa menggunakan afterburner) atau radius tempur target program lima ratus mil (jarak bolak-balik sarat dengan senjata dan bahan bakar untuk manuver tempur).
Namun, empat puluh empat ribu pon daya dorong yang dihasilkan oleh turbofan F414 sangat cocok dengan berat kotor (yaitu bahan bakar penuh) sekitar tiga puluh delapan ribu pound, menyiratkan rasio dorong-terhadap-berat yang sangat baik dari 1,157. Rasio dorong terhadap berat yang tinggi setara dengan akselerasi dan kemampuan manuver yang unggul.
Seorang pejabat penelitian pertahanan Korea Selatan mengatakan kepada Defense News bahwa KF-21 akan menelan biaya setengah dari biaya operasi per jam penerbangan seperti jet F-35 yang diperoleh Seoul.
Biaya operasi F-35A AS saat ini dipatok pada $ 36.000 per jam penerbangan.
Namun, desain baru kemungkinan akan lebih mahal untuk terbang daripada jet F-5 yang diganti, dan ukuran armada total ROKAF tampaknya diatur untuk menyusut," tulis Sébastien Roblin.
Jika dikonversikan dalam rupiah, maka biaya operasional F-35A Korea Selatan yakni 36.000 dolar setara dengan
Rp. 516.821.400.
Jika pejabat tersebut menyebut KF-21 Boramae Indonesia menghabiskan setengah biaya operasional F-35 A Korea Selatan, maka nilainya setara dengan Rp. 258.410.700.
Jika dibandingkan dengan F-15 EX yang akan segera memperkuat TNI AU, maka KF-21 Boramae menghabiskan lebih sedikit biaya operasional.
Tapi jika dibandingkan dengan Rafale Prancis, maka KF-21 Boramae menghabiskan lebih banyak biaya operasional per jam.
Hal ini seperti dikutip Zonajakarta.com dari kanal YouTube Lycma Mil-Tech yang mengunggah sebuah video pada 6 Mei 2021, perbandingan biaya operasional jet tempur Sukhoi Su-35 Rusia, Rafale Prancis dan F-15EX Amerika terbongkar.
Yang tidak kalah pentingnya adalah biaya operasional.
Biaya operasional pesawat tempur tidak hanya berupa biaya bahan bakar, tetapi meliputi biaya penggantian sparepart, perawatan rutin dan biaya overhaul setelah pesawat melewati sekian ribu jam terbang.
Dari data yang ada, biaya operasional pesawat Rafale paling murah yakni 16,500 dolar per jam atau Rp 231 juta.
F-15 EX, biaya operasional perjamnya adalah 27,000 dolar atau Rp 378 juta.
Sedangkan Sukhoi 35, biaya operasionalnya paling tinggi yakni 30,000 dolar atau Rp 420 juta," ujar Lycma Mil-Tech dalam videonya. [qnt]