WahanaNews.co | Tersangka teroris dari kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso, Sulawesi Tengah, berinisial MRW, menyerahkan diri ke polisi diduga karena takut ditangkap.
Sebab, sebelumnya Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri melakukan penangkapan teroris secara massal di sejumlah wilayah.
Baca Juga:
2 Terduga Teroris Ditangkap Densus 88 di Bekasi
Hal itu diungkapkan Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabag Penum) Polri Kombes Gatot Repli Handoko.
"Iya (diduga takut). Mungkin dia tahu, ini teman-temannya yang lain dalam grup itu kan sudah kena (tertangkap)," kata Gatot, Jumat (20/5).
Menurutnya, tersangka MRW mempertimbangkan proses penegakan hukum oleh kepolisian selama dalam masa pengejaran.
Baca Juga:
Densus 88 Gagalkan Teror Besar di Singapura,Tersangka Utama Ditangkap di Gorontalo
Gatot pun memastikan penyidik polisi akan memproses kasus dugaan pelanggaran tindak pidana terorisme yang dilakukan MRW meski menyerahkan diri.
"Tentunya lebih bagus kan menyerahkan diri, sama dengan yang lain-lainnya yang masih tergabung mungkin lebih bagus kan menyerahkan diri," ujar dia.
MRW diketahui melakukan pelatihan bersenjata sebanyak dua kali bersama kelompok MIT Poso.
Selain itu, MRW juga sudah melakukan sumpah setia (baiat) kepada pemimpin Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) Abu al-Hassan al-Hashimi al-Qurashi.
Gatot mengatakan Densus 88 masih memeriksa dan mengembangkan kasus dugaan pelanggaran tindak pidana terorisme oleh para tersangka.
Adapun pada 14 Mei 2022, Densus 88 menangkap total 24 tersangka teroris di Sulawesi Tengah, Bekasi (Jawa Barat), dan Kalimantan Timur. Para tersangka teroris itu diduga merupakan pendukung MIT Poso dan ISIS.
Namun, para tersangka tersebut bukan merupakan bagian dari tersangka teroris yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO). Menurut polisi, 24 tersangka itu bertugas membantu para buronan untuk bersembunyi dan melarikan diri dari kejaran aparat.
MIT merupakan kelompok teroris Indonesia yang beroperasi di wilayah Pegunungan Poso, Parigi Moutong, dan Sigi. Kelompok ini terakhir dipimpin Ali Kalora.
Polisi menyebutkan saat ini tersisa dua tersangka dalam daftar pencarian orang (DPO) yang merupakan mujahid dari kelompok tersebut. Ali Kalora telah tewas tertembak dalam kontak senjata pada 18 September 2021. [rsy]