WahanaNews.co | Pertemuan di NasDem Tower, Kamis (10/3/2022), antara jajaran DPP Partai Golkar dan DPP Partai NasDem, merebakkan isu koalisi Pilkada DKI 2024.
NasDem memang sejak awal sudah berbicara akan mengawinkan Ahmad Sahroni dengan Airin rachmi Diany untuk kontestasi politik DKI itu.
Baca Juga:
Daftar Lengkap Pengurus DPP Partai Golkar Periode 2024–2029
Seperti pasangan yang mendapat restu, Sahroni didampingi Ketum NasDem, Surya Paloh, berpose dengan Airin yang didampingi Ketum Golkar, Airlangga Hartarto.
Saat itu, pernyataan Airlangga memang tidak spesifik soal persetujuan usungan duet Sahroni-Airin untuk Pilkada DKI.
Namun ia menyebut langsung nama Airin dan Sahroni dalam pernyataan yang dikaitkan dengan bahasan mikro partai.
Baca Juga:
Bahlil Lahadalia Umumkan 150 Pengurus Baru DPP Partai Golkar
"Ditambah lagi tadi juga kita melihat hadir juga di sini Ibu Airin dan Pak Sahroni," kata Airlangga di NasDem Tower, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (10/3/2022).
"Sehingga pembahasannya kita ketahui tidak hanya berbicara makro tapi kita juga mikro yang detail, demikian," lanjutnya.
Saat ditanya lebih lanjut apakah Airin dan Sahroni akan diduetkan untuk maju di Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2024 mendatang, Airlangga tidak menjawab lugas.
Menurutnya, hal itu akan dijelaskan oleh Sahroni dan Airin di waktu yang tepat.
"Jadi kalau Pak Sahroni dan Bu Airin, kami persilakan Pak Sahroni dan Bu Airin yang berbicara dulu nanti pada waktunya, bukan pada siang hari ini," kata Airlangga.
Pertemuan dua jajaran partai besar itu disebut sebagai silaturahmi kebangsaan.
Namun Pengamat Politik dan Kebijakan Publik dari Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP), Yusfitriadi, punya andangan lain.
Menurutnya, pertemuan itu ya lebih kental suasana politisnya terutama terkait Pilkada DKI.
"Walupun memang banyak juga yang dibahas terkait dengan memperbaiki nasib bangsa, menangkap masa depan Indonesia, ataupun menyelesaikan permasalahan krusial bangsa. Tapi lebih kepada orientasi kekuasaan, minimal di Pilgub DKI, kata Yusfitriadi saat berbincang di podcast Tribun Corner diunggah pada Jumat (11/3/2022).
"Salah satu yang disimbolkan dari pertemuan itu, termasuk yang dipasang di medsos Partai Golkar itu adalah sosok Ahmad Sahroni dan Airin," tambahnya.
Terlalu Dini untuk Pasangan
Namun, menurut Yusfitriadi, hari ini, terlalu dini untuk membentuk pasangan calon Pilkada DKI 2024.
Pasalnya, Yusfitriadi memaparkan, basis ambang batas parlemen untuk Pilkada 2024 adalah Pileg 2024.
Maka, peta politiknya belum terlihat sama sekali.
"Dalam ancangan tahapan itu, pengumuman hasil suara baru akan diketahui Juli 20924, nah sedangkan pendaftaran calon dimulai Agustus 2024."
"Ada waktu satu bulan untuk membangun dinamika koalisi. Itupun akan menjadi pertimbangan di mana terlalu dini kalau kemudian hari ini sudah memasang pasangan calon," kata Yusfitriadi.
Namun menurutnya, pertemuan politik itu bukan untuk meresmikan pasangan Sahroni-Airin, melainkan menaikkan untuk kebutuhan citra personal.
"Tapi ketika itu untuk kepentingan branding personal bukan branding pasangan, itu penting, karena dialektika politik tidak bisa diraih dengan cara instan. Dialektika politik, elektabilitas, popularitas, maupun kualitas harus diraih dengan proses yang cukup panjang," ujarnya.
Siasat Ekor Jas Airin untuk Airlangga
Dari pengamatannya, Yusfitriadi membaca motif pertemuan NasDem Tower dengan menyorot sosok Airin dan Sahroni yang tengah hangat di isu DKI adalah siasat Airlangga.
Airlangga Hartarto yang sudah diusung partainya untuk bertarung di Pilpres 2024 membutuhkan modal elektabilitas besar.
Namun sampai saat ini, nama sang Ketum tidak pernah menyeruak pada jajaran nama capres potensial 2024, setidaknya di lima besar.
Airlangga ingin memanfaatkan pesona Airin yang menjadi rebutan di isu Pilkada DKI demi mengerek elektabilitasnya sendiri.
Hal itu karib disebut dengan efek ekor jas atau coattail effect di dalam dunia politik.
"Sangat mungkin misalnya motif sekarang mengangkat Airin bagaimana agar elektabilitas Airlangga naik, kan sangat mungkin. Karena sampai saat ini Airlangga bergerak ke manapun elektabillitasnya tetap satu koma," ujar Yusfitriadi.
Bahkan, menurut Yusfitriadi, jika ada sosok lain potensial bisa memberikan efek ekor jas, Airlangga juga akan menyambutnya dan mengangkatnya.
Walaupun, sambutan bukan berarti restu pasti, karena bisa saja harapan palsu.
Termasuk untuk Airin, dampingan Airlangga di foto bersama Sahroni bukan berarti restu mutlak Pilkada DKI.
"Karena memang Airlangga sekarang butuh supporting elektabiltas untuk persiapan 2024."
"Salah satu keahlian politsi kan harus ahli dalam php (pemberi harapan palsu), sehingga saya tidak percaya mengusung Airin, karena penting bagi Airlangga menyentuh semua kader di semua provinsi diberikan harpaan demi elektabilitas," pungkasnya. [gun]