WahanaNews.co, Jakarta - Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) dari Partai Demokrat, Jansen Sitindaon, dengan tegas menyebut ketidaksesuaian Yenny Wahid, putri kedua dari mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau yang dikenal sebagai Gus Dur, untuk menjadi pendamping calon presiden (capres) Anies Baswedan dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) pada Pemilihan Presiden 2024.
Jansen menggarisbawahi bahwa Koalisi Perubahan untuk Persatuan memiliki fokus utama pada tujuan perubahan, dan dengan demikian, pasangan capres dan cawapres dari koalisi ini harus mampu merefleksikan dan mewakili misi perubahan tersebut.
Baca Juga:
Prabowo Tampil Berwibawa di Mata Dunia, Anies: Lawatan Internasional Sangat Produktif!
Namun, menurut Jansen, Yenny belum menjadi figur yang sesuai dengan konsep perubahan.
"Ibu Yenny memiliki banyak kualitas yang saya anggap bagus, dan dia memiliki atribusi yang sangat mengagumkan. Akan tetapi, dari sudut pandang posisi cawapres dalam KPP, menurut saya, dia tidak cocok, dan belum memenuhi kriteria yang sesuai. Mungkin, posisi yang lebih sesuai bagi beliau dapat ditemukan di dalam koalisi lain," demikian ungkap Jansen dalam keterangan tertulisnya, mengutip CNN Indonesia, Kamis (10/8/2023).
Jansen juga mengungkapkan keprihatinannya terkait konsekuensi jika pendamping Anies tidak sepenuhnya mewakili semangat perubahan.
Baca Juga:
Dua Pekan Menjelang Pilkada Jakarta, Pasangan Calon Berebut Dukungan Jokowi-Anies
Ia menekankan bahwa hal ini dapat menimbulkan kebingungan di kalangan masyarakat. Jansen berpendapat bahwa dukungan yang semakin meningkat dari masyarakat terhadap KPP saat ini tercermin dari aspirasi untuk perubahan dalam tatanan pemerintahan yang ada.
"Apalagi dia tokoh status quo atau bagian dari rezim ini. Baik dia bagian inti atau pinggiran rezim ini," imbuhnya.
Jansen selanjutnya juga mewanti-wanti bagi para sosok yang tidak menginginkan perubahan, untuk jangan sekali-kali merapat menjadi pendamping Anies.
Ia pun mempersilakan mereka untuk mencari kesempatan di koalisi Pilpres yang lain.
"Untuk kebaikan bersama. Biarlah teman-teman yang selama berada dan ikut di rezim ini, mendukung lanjutkan. Kami yang di luar mengusung perubahan. Biar nanti rakyat yang menentukan di pemilu siapa yang menang dan mendapat dukungan terbanyak," ujar Jansen.
Yenny Wahid baru-baru ini menyatakan apabila dirinya diminta untuk menjadi cawapres di Pilpres 2024.
Sebagai seorang yang telah lama terlibat dalam arena politik, Yenny menyampaikan bahwa ia harus bersiap-siap jika diminta untuk menjabat dalam posisi publik.
Menurut pandangan Yenny, seorang politikus seharusnya memiliki keinginan untuk menjabat dalam posisi publik agar dapat merumuskan kebijakan yang berkontribusi pada perubahan positif dalam masyarakat.
Yenny juga mengakui adanya hubungan istimewa antara dirinya dan Anies. Setelah putri Gus Dur ini menyelesaikan pendidikan di luar negeri, Anies yang saat itu menjabat sebagai rektor, mengundang Yenny untuk bergabung dalam staf pengajar di Universitas Paramadina.
Namun, di pihak lain, anggota dari Tim 8 dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), Sudirman Said, mengklarifikasi bahwa nama Yenny Wahid tidak pernah diajukan oleh ketiga partai koalisi (NasDem, Demokrat, dan PKS) sebagai calon wakil presiden untuk Anies Baswedan.
Sudirman Said menegaskan bahwa dari banyak nama yang telah dikaji oleh ketiga partai tersebut, nama Yenny Wahid tidak pernah masuk dalam pertimbangan.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]