WahanaNews.co | Usai Ketua Umum Partai Demokrat, Agus
Harimurti Yudhoyono (AHY), melontarkan isu kudeta, wacana Kongres
Luar Biasa (KLB) justru makin masif disuarakan.
Hal itu lantaran kader menilai, ada sesuatu yang
tidak baik tengah terjadi
saat ini di internal partai berlambang bintang
mercy itu.
Baca Juga:
Pemfitnahan, Marzuki Alie Laporkan AHY ke Bareskrim
Ini sebagaimana dituturkan salah satu
pendiri Partai Demokrat, Muhammad Darmizal MS, kepada
wartawan di Jakarta, Selasa (9/2/2021).
Darmizal menyatakan, membuncahnya
keinginan kader untuk menggelar KLB itu lantaran menginginkan Partai Demokrat
bisa kembali menjadi partai besar.
"Bagi saya, ini
sangat fenomenal dan mengejutkan. Ini pertanda baik," tuturnya.
Baca Juga:
SBY Yakin Jokowi Tak Tahu Ulah Moeldoko di Kasus Demokrat
Namun, ia membantah bahwa KLB adalah
sebuah kudeta yang dilancarkan atas kekuasaan partai politik melalui jalur
ilegal.
Sebaliknya, tegas dia, KLB merupakan
suatu misi yang jelas dan tegas tertuang dalam AD/ART partai.
"Sebagai mekanisme demokrasi yang
dapat dilakukan oleh para tokoh atau kader untuk menyelamatkan partai,"
terangnya.
Darmizal juga membantah bahwa KLB
adalah sebuah jalan untuk menyingkirkan trah Cikeas dari Partai Demokrat.
"KLB sama sekali bukan untuk menyingkirkan keluarga Cikeas dari Partai
Demokrat," tegasnya.
Jika ada yang berpandangan demikian,
Darmizal menilai hal itu sebagai sebuah pandangan sempit.
Faktanya, sambung dia, KLB adalah
jalan untuk menyelamatkan Partai Demokrat dan merebut kembali
kejayaaan politik yang pernah dicapai, demi mewujudkan kehidupan masyarakat
Indonesia yang lebih baik.
"Kami hanya ingin melihat partai
Demokrat kembali meraih suara gemilang pada Pemilu 2024 nanti," papar Darmizal.
Ia menyatakan, pada Pemilu 2004 silam, partai berlambang bintang mercy itu memperoleh suara 7,3 persen.
Saat itu, Partai Demokrat dinakhodai Prof Subur Budhisantoso sebagai Ketua Umum.
Suara itu lantas melonjak drastis pada
Pemilu 2009, di mana perolehan suara Demokrat menjadi 20,7 persen. Yang
berposisi sebagai Ketua Umum saat
itu adalah Hadi Utomo.
Namun, perolehan suara itu langsung
anjlok saat Partai Demokrat dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pada Pemilu 2014.
Kala itu, suara yang diraup Demokrat
hanya 11 persen saja. Itu setelah SBY mengambil alih puncuk pimpinan dari
tangan Anas Urbaningrum melalui Kongres Luar Biasa (KLB).
Terakhir, pada Pemilu 2019, perolehan suara Demokrat makin terjun bebas di angka tujuh
persen saja. Itu adalah periode kedua kepemimpinan SBY sebagai Ketua Umum.
Sedangkan Agus Harimurti Yudhoyono
(AHY) berperan sebagai Ketua Kogasma Partai Demokrat.
Tahun ini, Parlemen Threshold (PT) berpotensi naik menjadi sekitar lima sampai
tujuh persen.
Ini yang menakutkan para kader setia
Partai Demokrat, terutama para senior yang sudah sejak
awal membesarkan partai di pusat dan di daerah.
"Gaya play victim dan pencitraan yang terlalu berlebihan justru membuat Partai Demokrat mulai ditinggalkan," tandasnya. [dhn]