WahanaNews.co | Ketua MPR RI sekaligus Ketua Umum Pengurus Besar Keluarga Olahraga Tarung Derajat (PB KODRAT) Bambang Soesatyo menyaksikan kehebatan taruna/i Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) dalam mempraktikkan olahraga seni bela diri khas Indonesia, Tarung Derajat.
Bamsoet menyaksikannya bersama Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) sekaligus Ketua Dewan Pembina PB KODRAT Jenderal Pol (purn) Budi Gunawan. Di STIN. Tarung derajat telah menjadi kurikulum wajib yang diajarkan kepada para taruna/i.
Baca Juga:
Terima Ketum dan Pengurus PWI Pusat, Ketua MPR Dorong Peningkatan Kompetensi dan Profesionalitas Wartawan
"Tidak hanya di STIN dan BIN, Tarung Derajat juga telah menjadi pendidikan jasmani yang wajib dipelajari oleh para personel TNI - Polri di berbagai kesatuan. Membuktikan bahwa tarung derajat memang luar biasa, bisa diandalkan oleh para penjaga kedaulatan negara dalam menjalankan tugasnya di lapangan," ujar Bamsoet di acara Pelantikan Taruna Mula Angkatan XVIII Asta Dasa Mahasura STIN, serta Peresmian Smart Campus Dr. (HC) Ir. Soekarno dan Medical Intelligence Wangsa Avatar di STIN, Bogor, Senin (30/5/22).
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, tarung derajat tidak hanya sekadar seni bela diri. Melainkan juga sebagai ilmu, tindakan moral dan sikap hidup yang memanfaatkan kemampuan daya gerak otot, otak dan nurani secara realistis dan rasional.
"Menguasai tarung derajat, harus terlebih dahulu menguasai lima daya gerak moral. Yaitu, kekuatan, kecepatan, ketepatan, keberanian dan keuletan. Semuanya dikombinasikan dalam sistem ketahanan dan pertahanan diri yang agresif dan dinamis pada bentuk-bentuk gerakan pukulan, tendangan, tangkisan, bantingan, kuncian, hindaran dan gerakan anggota tubuh penting lainnya yang terpola pada teknik, taktik, serta strategi bertahan dan menyerang yang praktis dan efektif bagi suatu ilmu olahraga seni beladiri," jelas Bamsoet.
Baca Juga:
Ketua MPR RI, Bamsoet Dorong Optimalisasi Restorative Justice
Bamsoet menerangkan, para petarung tarung derajat memiliki jiwa dan perilaku yang tidak menyombongkan diri. Bahkan terkesan seperti orang yang penurut dengan sikapnya yang tunduk demi menghindari keangkuhan. Sebagaimana tergambar dalam semboyan, Aku Ramah Bukan Berarti Takut. Aku Tunduk Bukan Berarti Takluk.
"Semboyan tersebut memiliki makna mendalam. Bahwa menekuni olahraga dan seni bela diri Tarung Derajat bukanlah untuk ajang gagah-gagahan. Melainkan untuk menjaga kehormatan diri, bangsa, dan negara. Sehingga sangat cocok apabila Tarung Derajat dipelajari oleh para taruna/i STIN yang dalam menjalankan tugasnya di masa depan, tidak hanya sekadar mengandalkan kekuatan fisik dan kecerdasan. Melainkan juga membutuhkan kekuatan mental, yang salah satunya ditempa melalui Tarung Derajat," pungkas Bamsoet.
Turut hadir antara lain, Presiden ke-5 Republik Indonesia sekaligus inisiator pendirian STIN Megawati Soekarnoputri, Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa, Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad, Gubernur Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) Laksamana Muda TNI Ivan Yulivan, dan Mantan Kepala BIN Jenderal TNI (purn) AM Hendropriyono.