Selain itu, Wasis menilai risiko politik lain yang akan diterima
PDIP dari pencalonan Puan yakni cibiran publik tentang perubahan citra partai
tersebut.
"Dari yang awalnya sebagai 'Partainya Wong Cilik' tapi
kini mulai bergeser jadi 'Partai Keluarga/Dinasti' seiring dengan mengencangnya
dominasi Puan," nilai Wasisto.
Baca Juga:
PDIP Minta KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran
Kemudian untuk risiko-risiko lain, salah satu di antaranya
Wasisto memprediksi akan ada kader-kader potensial yang mengundurkan diri
sebagai kader imbas pencalonan tersebut. Hal itu, katanya, tak lepas dari
perubahan pola kaderisasi.
Ia mengatakan sebelumnya PDIP dari awalnya membuka peluang
kader-kader potensial yang berjuang dari bawah, kini menjadi kaderisasi
terbatas.
Ia mencontohkan nama-nama besar seperti Joko Widodo (Jokowi),
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, hingga Menteri Sosial Tri Rismaharini
merupakan hasil kaderisasi PDIP yang berjenjang dari bawah.
Baca Juga:
Usai Disebut Bukan Kader PDIP Lagi, Gibran: Dipecat Juga Ngak Apa-apa
"Tentu dengan majunya Puan seolah berseberangan dengan
jenjang kaderisasi politik itu," kata Wasisto.
Terpisah, Puan sendiri mengklaim tak pernah membisiki Ketua
Umum PDIP sekaligus ibunya, Megawati Soekarnoputri terkait keputusan partai. Ia
mengaku mengikuti setiap keputusan yang telah dibuat Megawati. Hal itu
dikatakan Puan saat menceritakan pengalamannya dalam memenangkan PDIP dan Joko
Widodo pada Pemilu 2014 dan 2019.
"Saya enggak pernah bisikin ketua umum untuk urusan
partai, beliau adalah ketua umum saya untuk urusan partai. Kalau Bu Mega sudah
putuskan, saya ikut," kata Puan dalam acara PDIP di Manado, Sulawesi
Utara, Senin (7/6). [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.