WAHANANEWS.CO, Jakarta - Kepemimpinan toksik adalah gaya kepemimpinan yang merusak lingkungan kerja dengan cara mengontrol, mendominasi, dan mengintimidasi karyawan.
Pemimpin toksik cenderung menggunakan pendekatan yang manipulatif, penuh kritik, dan tidak mendukung pertumbuhan karyawan.
Baca Juga:
Banyak PSN Bakal Dibangun di Majalengka, MARTABAT Prabowo-Gibran Sebut Percepatan Pembangunan Kawasan Metropolitan Rebana Makin Jelas
Mereka sering kali berfokus pada kesalahan, memberikan ekspektasi yang tidak realistis, dan membuat karyawan merasa cemas atau tidak aman.
Gaya ini menciptakan atmosfer yang negatif, di mana karyawan merasa tidak dihargai dan enggan berinovasi atau menyumbangkan ide-ide baru.
Dalam jangka panjang, kepemimpinan toksik dapat berdampak buruk pada organisasi secara keseluruhan.
Baca Juga:
Viral Minta Tolong, WNI Asal Binjai Ternyata Pernah Dideportasi dari Kamboja
Karyawan yang bekerja di bawah pemimpin toksik cenderung mengalami stres berlebihan, kehilangan motivasi, dan bahkan mengalami burnout.
Hal ini juga dapat meningkatkan tingkat turnover, merusak kolaborasi tim, dan menurunkan produktivitas secara keseluruhan.
Sebuah perusahaan yang tidak segera mengatasi kepemimpinan toksik berisiko mengalami penurunan kualitas kerja dan kehilangan karyawan yang berbakat serta berpengalaman.