WAHANANEWS.CO, Jakarta - Kepemimpinan toksik adalah gaya kepemimpinan yang merusak lingkungan kerja dengan cara mengontrol, mendominasi, dan mengintimidasi karyawan.
Pemimpin toksik cenderung menggunakan pendekatan yang manipulatif, penuh kritik, dan tidak mendukung pertumbuhan karyawan.
Baca Juga:
Beri Dukungan pada Paslon Nomor 3 di Pilkada Sumedang, Rieke Diah Pitaloka: Sumedang Menyala!
Mereka sering kali berfokus pada kesalahan, memberikan ekspektasi yang tidak realistis, dan membuat karyawan merasa cemas atau tidak aman.
Gaya ini menciptakan atmosfer yang negatif, di mana karyawan merasa tidak dihargai dan enggan berinovasi atau menyumbangkan ide-ide baru.
Dalam jangka panjang, kepemimpinan toksik dapat berdampak buruk pada organisasi secara keseluruhan.
Baca Juga:
Debat Bupati Tapteng Kacau, Kiyedi dan Masinton Terlibat Adu Fisik di Atas Panggung
Karyawan yang bekerja di bawah pemimpin toksik cenderung mengalami stres berlebihan, kehilangan motivasi, dan bahkan mengalami burnout.
Hal ini juga dapat meningkatkan tingkat turnover, merusak kolaborasi tim, dan menurunkan produktivitas secara keseluruhan.
Sebuah perusahaan yang tidak segera mengatasi kepemimpinan toksik berisiko mengalami penurunan kualitas kerja dan kehilangan karyawan yang berbakat serta berpengalaman.