Sekitar tahun 750 M, catur mencapai Tiongkok. Pada abad ke-11 telah mencapai Jepang dan Korea. Catur Tiongkok, versi paling populer dari permainan Timur, memiliki 9 jalur dan 10 baris serta batas-sungai, antara baris ke-5 dan ke-6, yang membatasi akses ke kubu musuh dan membuat permainan ini lebih lambat daripada sepupunya di Barat.
Catur Tiba di Eropa
Baca Juga:
Gadis 10 Tahun Bodhana Sivanandan Hancurkan Rekor Dunia Catur dengan Kemenangan atas Grandmaster
Sejenis chaturanga atau shatranj masuk ke Eropa melalui Persia, Kekaisaran Bizantium, dan Kekaisaran Arab yang sedang berkembang. Permainan tertua yang tercatat, ditemukan dalam manuskrip abad ke-10, dimainkan antara seorang sejarawan Baghdad, yang diyakini sebagai favorit tiga khalifah berturut-turut, dan seorang murid.
Umat Muslim membawa catur ke Afrika Utara, Sisilia, dan Spanyol pada abad ke-10. Bangsa Slavia Timur menyebarkannya ke Rus Kiev sekitar waktu yang sama.
Bangsa Viking membawa permainan ini hingga ke Islandia dan Inggris. Mereka diyakini bertanggung jawab atas koleksi bidak catur paling terkenal, yaitu 78 buah catur gading walrus dari berbagai set yang ditemukan di Pulau Lewis di Hebrida Luar pada tahun 1831 dan berasal dari abad ke-11 atau ke-12.
Baca Juga:
Ketum KONI Pusat Apresiasi Turnamen Catur JBC CUP 2025 di Jambi
Namun, permainan catur dan dadu secara berkala dilarang oleh raja dan pemimpin agama. Misalnya, Raja Louis IX melarang permainan ini di Prancis pada tahun 1254.
Meski begitu, popularitas permainan ini ditopang oleh prestise sosialnya: satu set catur sering dikaitkan dengan kekayaan, pengetahuan, dan kekuasaan. Permainan ini menjadi favorit Raja Henry I, Henry II, John, dan Richard I dari Inggris, Philip II dan Alfonso X (yang Bijaksana) dari Spanyol, dan Ivan IV (yang Mengerikan) dari Rusia. Permainan ini dikenal sebagai permainan kerajaan sejak abad ke-15.
Desain Set Catur