Tampilan bidak-bidak catur telah berganti seiring perkembangan zaman. Desain bidak-bidak sederhana sebelum tahun 600 Masehi secara bertahap mengarah pada set figuratif yang menggambarkan hewan, prajurit, dan bangsawan.
Namun, set Muslim pada abad ke-9-12 seringkali nonrepresentatif dan terbuat dari tanah liat sederhana atau batu berukir, menyusul larangan Islam terhadap gambar makhluk hidup.
Baca Juga:
Gadis 10 Tahun Bodhana Sivanandan Hancurkan Rekor Dunia Catur dengan Kemenangan atas Grandmaster
Kembalinya bidak-bidak shatranj yang lebih sederhana dan simbolis diyakini telah memacu popularitas permainan ini dengan membuat set lebih mudah dibuat dan mengalihkan perhatian pemain dari bidak-bidak yang rumit.
Set bergaya, yang seringkali dihiasi dengan batu mulia dan semi mulia, kembali menjadi mode seiring permainan ini menyebar ke Eropa dan Rusia. Papan permainan, yang memiliki kotak-kotak monokromatik di dunia Muslim, mulai memiliki kotak-kotak hitam dan putih, atau merah dan putih.
Standar untuk set catur modern ditetapkan sekitar tahun 1835 dengan desain sederhana karya orang Inggris, Nathaniel Cook. Setelah dipatenkan pada tahun 1849, desain tersebut didukung oleh Howard Staunton, pemain terbaik dunia saat itu.
Baca Juga:
Ketum KONI Pusat Apresiasi Turnamen Catur JBC CUP 2025 di Jambi
Berkat promosi Staunton yang ekstensif, desain tersebut berhasil. Set catur hitam putih terus dimainkan hingga sekarang ini.
[Redaktur: Alpredo Gultom]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.