WahanaNews.co | Kabar masuknya perusahaan mobil
listrik asal Amerika Serikat, Tesla, ke Indonesia untuk membangun pabrik mobil
listrik, sempat jadi angin segar bagi masa depan industri kendaraan
listrik di Tanah Air.
Kini,
kelanjutan rencana tersebut menuai pertanyaan seiring ketertarikan Tesla
memindahkan pabriknya ke India.
Baca Juga:
Tak Laku di Pasaran! Nasib Mobil Listrik Bekas Jadi Sorotan Pengamat
Perkara
industri kendaraan listrik, Pemerintah Indonesia sendiri sebenarnya sudah
melakukan sejumlah persiapan.
Titik
mulanya berawal dari ditekennya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun
2019 tentang Percepataan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB).
Roadmap elektrifikasi hingga pembentukan
konsorsium BUMN juga tengah digarap.
Baca Juga:
Pemprov Jakarta Gunakan Truk Sampah Listrik Karya Anak Bangsa, MARTABAT Prabowo-Gibran Dorong Daerah Lain Meniru
Keseriusan
pemerintah itu sempat memunculkan harapan, tak hanya bagi produsen otomotif
luar negeri, tetapi juga dalam negeri.
Produsen
otomotif lokal, salah satunya PT Solo Manufaktur Kreasi selaku pemegang merek
Esemka, sempat terseret gegap gempita rencana besar elektrifikasi
ini.
Terlebih,
jauh sebelum isu elektirifkasi, Esemka sudah lebih dulu melakukan riset
pengembangan electric vehicle (EV)
bersama-sama PT Pindad (Persero).
Hanya
saja, kabar tersebut sampai saat ini juga seolah menguap begitu saja.
Menjawab
hal ini, Humas PT Solo Manufaktur Kreasi, Sabar Boedhi, tak
ingin terlalu banyak berkomentar.
Namun,
dia menjelaskan bahwa Esemka sebelumnya sudah melakukan riset elektrifikasi.
"Dulu
sudah pernah dengan Pindad menggarap (EV) Esemka Digdaya, unit prototipenya
sudah ada. Tapi apakah dengan Pindad itu bisa terus atau tidak, bisa iya bisa
juga tidak, karena kami tidak tahu ke depannya nanti," ucap Sabar, saat
dihubungi wartawan, Rabu (3/2/2021).
Menurut
Sabar, mobil listrik atau pengembangannya sejauh ini masih mengalami kendala
yang sama, yakni terkait mahalnya baterai yang secara otomatis membuat harga
mobil listrik terkerek.
Apalagi
mengingat unit yang diriset Esemka bersama Pindad adalah mobil niaga kabin
ganda.
Artinya,
secara harga normalnya memang sudah lebih mahal dibandingkan mobil penumpang
biasa atau pikap ringan lainnya.
"Harga
tinggi tidak efektif secara bisnis, bagi Esemka yah yang low
cost EV dengan kisaran yang lebih kompetitif. Tapi balik lagi, apakah
Esemka akan masuk ke sana atau tidak, bisa iya bisa tidak, dengan Pindad juga
demikian," kata Sabar.
Sebelumnya,
ketika wartawan berbincang dengan Presiden Direktur PT Solo Manufaktur Kreasi, Eddy
Wirajaya, sempat menyampaikan bahwa pengembangan elektrifikasi Esemka Digdaya
bersama Pindad tak lain merupakan proyek kerja sama yang saat ini tak lagi
diteruskan.
"Kita
bereksperimen soal kendaraan listrik, waktu itu dengan Pindad kita coba
kembangkan double cabin konvensional dijadikan tenaga listrik. Itu kita lakukan
sudah lama, sebelum ramai-ramai kendaraan listrik saat ini," ujar Eddy
kepada wartawan, saat peresmian pabrik di Boyolali.
Eddy
menjelaskan, proyek pengembangan bersama Pindad saat itu mengkonversi mesin
diesel Esemka Digdaya menjadi tenaga listrik.
Unit
yang digunakan merupakan prototipe yang diproduksi sendiri oleh Esemka, bukan
didatangkan dari luar negeri.
Menariknya
lagi, Eddy memaparkan, Digdaya EV hasil kolaborasi dengan Pindad dikembangkan tidak
menggunakan baterai lithium sebagai sebagai penyimpanan daya, melainkan baterai
biasa.
"Yang
bisa diinfokan dari eksperimen waktu itu kita kembangan tidak gunakan baterai
lithium, tapi baterai biasa yang ada di pasaran. Jadi memang benar kita pernah
kembangkan, bahkan Pindad juga sudah memberikan pernyataan waktu itu,"
kata Eddy.
Berlabuhnya
Tesla ke India
Sementara
itu, keputusan Tesla memilih bangun pabrik di India, memunculkan tanya,
bagaimana nasib negosiasi Tesla dengan pemerintah Indonesia.
Sebab,
sebelumnya, Tesla sudah mengirim proposal ketertarikan investasi ke pemerintah.
Dikutip
dari Bloomberg, CEO SpaceX dan Tesla
Inc, Elon Musk, justru lebih tertarik membangun pabrik kendaraan listrik di
India, untuk pertama kalinya.
Hal ini
ditandai dengan penandatanganan kesepakatan. Pabrik kendaraan listrik di India
tersebut, nantinya akan berdiri di Karnataka, negara bagian barat daya India
yang ibu kotanya adalah Bangalur.
Sebelum
adanya kesepakatan, Tim Tesla dan Pemerintah India bernegosiasi terkait rencana
pembangunan pabrik kendaraan listrik selama enam bulan.
Rencananya,
Tesla akan mendirikan fasilitas riset dan pengembangan di Bangalur, India. Perizinan pembangunan pabrik dan
R&D juga telah diurus.
Di lain
pihak, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves),
Septian Hario Seto, memastikan, negosiasi dengan Tesla tetap berjalan.
Namun,
ia enggan membeberkan perkembangan negosiasi tersebut, termasuk terkait ketertarikan
Tesla membangun energy storage system
(ESS) di Indonesia.
"Maaf
saya ada non-disclosure agreement.
Tidak bisa disclose apa-apa,"
kata Seto kepada wartawan, Kamis (18/2/2021).
Sebelumnya,
Seto membeberkan sedikit terkait proposal dari perusahaan Tesla Inc yang
diterima Pemerintah RI pada 4 Februari 2021.
Tesla
berkeinginan kerjasama membangun ESS.
Seto
menekankan, Pemerintah Indonesia tidak akan tertarik apabila dalam negosiasi
yang tertulis di proposal NDA, Tesla hanya menginginkan sumber bahan baku.
Pemerintah
lebih tertarik bekerja sama dengan Tesla karena lithium baterai yang digunakan
perusahaan tersebut untuk kendaraan listrik mempunyai tingkatan terbaik di
dunia. [dhn]