WahanaNews.co | Dunia sains terus berkembang beriringan dengan begitu banyaknya
studi, eksperimen, dan penelitian yang pernah dilakukan oleh ilmuwan di seluruh
dunia.
Nah, salah satu studi dan eksperimen
yang cukup menarik untuk dilakukan adalah mengenai mental dan psikologis
manusia.
Baca Juga:
Operasi Seroja Timtim: Komandan Pasukan Gugur di Pelukan Prabowo
Sayangnya, beberapa dari penelitian
tersebut dianggap kontroversial karena sangat berisiko, berbahaya, dan bahkan
tidak manusiawi.
Berikut lima studi dan eksperimen
psikologi kontroversial yang pernah dilakukan.
Baca Juga:
Saat Teroris Noordin M Top Tewas di Solo
1. Studi Monster
Dilansir dalam laman Spring PsyBlog, pada 1939, seorang
ilmuwan sekaligus ahli psikologi bernama Wendell Johnson pernah melakukan studi
kontroversial di Iowa, Amerika Serikat.
Studi dan eksperimen tersebut
melibatkan puluhan anak yatim piatu yang dijadikan subjek penelitian psikologi.
Anak-anak tadi dipisah dalam dua
kelompok besar.
Kelompok pertama adalah anak-anak yang
diberikan sugesti dan perkataan positif.
Sementara itu, kelompok kedua
merupakan anak-anak yang diberikan sugesti negatif, kata-kata kasar, dan
perilaku menyimpang.
Tujuan dari studi ini adalah menemukan
kesimpulan ilmiah mengenai perilaku dasar manusia, termasuk di dalamnya kegagapan
bicara, tindakan menyimpang, dan lain sebagainya.
Bagaimana hasilnya?
Kelompok pertama memunculkan anak-anak
dengan perilaku normal dan perkataan yang bermoral.
Lalu, kelompok kedua memunculkan
kondisi sebaliknya.
Anak-anak pada
kelompok kedua cenderung rendah diri, brutal, gagap, cemas, dan bahkan menarik
diri dari lingkungan sosial.
Itu sebabnya, anak-anak pada kelompok
kedua ini dianggap sebagai monster karena perilaku menyimpang mereka
muncul akibat studi-studi negatif.
2. Eksperimen MK Ultra
MK Ultra merupakan sebuah eksperimen,
studi, dan proyek ilmiah yang pernah dilakukan oleh sebuah agensi Amerika
Serikat.
Laman History menulis bahwa Badan Intelijen Amerika (CIA) pernah
melakukan studi yang sangat kontroversial pada 1953 hingga 1973 dengan ratusan
subjek penelitian.
Awalnya, program ini dijalankan secara
rahasia sebelum akhirnya terungkap pada era 1970-an.
Tujuan dari eksperimen ini adalah
menciptakan sistem pengendalian pikiran dengan obat-obatan
kimia bernama lysergic acid diethylamide
(LSD).
Selain itu, eksperimen MK Ultra juga
melibatkan sistem terapi kejut listrik, hipnosis, dan implan radiologis.
Pemberian LSD awal mulanya hanya
dilakukan pada pasien gangguan jiwa.
Namun, beberapa catatan juga
menyatakan bahwa warga sipil pun juga terlibat dalam pemberian LSD.
Bagaimana hasilnya? Buruk.
Sebagian besar subjek eksperimen
berperilaku depresif dan mengalami halusinasi parah.
Bahkan, seorang ilmuwan dari Angkatan
Darat AS yang bernama Frank Olson juga menjadi korban dari penelitiannya
sendiri.
Ia dijebak dan diberikan LSD oleh agen
CIA.
Hasilnya, Olson tewas akibat jatuh
dari lantai 10 apartemennya.
Tak jelas apakah ia bunuh diri atau
mati akibat dibunuh.
3. Penelitian Penjara Stanford
Seorang psikolog bernama Philip
Zimbardo dari Universitas Stanford pernah melakukan studi terkait psikologis
manusia yang menggunakan mahasiswanya sendiri sebagai subjeknya.
Eksperimen yang dilakukan pada 1971
ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku dan kondisi mental manusia
jika mereka berada di penjara buatan yang kejam.
Sekadar informasi, seperti diberitakan
dalam Simply Psychology, kondisi awal
dari para mahasiswa tersebut sehat dan tidak pernah terlibat kriminalitas.
Hanya dalam beberapa hari, mereka
semua (termasuk yang memerankan sipir penjara) bisa sangat menjiwai dan bahkan
para tahanan palsu tersebut mengalami tekanan mental yang berlebihan.
Mahasiswa yang ditugaskan sebagai
sipir pun berlaku ofensif dan makin brutal terhadap para mahasiswa lainnya.
Hal ini tidak direkayasa dan bahkan
studi dihentikan karena sudah dianggap kelewat batas.
Melalui eksperimen itu, Zimbardo
menyimpulkan bahwa manusia normal akan menjadi jahat di saat kondisinya memaksa
demikian.
4. Studi Albert
Eksperimen Albert adalah salah satu
studi yang dianggap kejam dan mendapatkan begitu banyak kecaman setelah
eksperimen tersebut terbongkar.
Pada 1920, seorang ahli psikologi
bernama Profesor John B Watson telah melakukan eksperimen yang melibatkan bayi
berusia sembilan bulan.
Studi gila ini dilakukan untuk mendapatkan
kesimpulan akhir bagaimana kondisi mental manusia akibat rasa takut.
Dilansir dalam Verywell Mind, eksperimen tersebut memberikan hasil bahwa rasa
takut dan fobia merupakan sistem pertahanan otak sebagai akibat rangsangan dari
luar tubuh.
Albert kecil awalnya diberikan tikus
dan hewan berbulu lainnya.
Mulanya, ia tidak merespons apaapa dan
menganggap hewan-hewan tersebut adalah hal biasa.
Namun, semua berubah ketika Albert
diberikan rangsangan.
Rangsangan tersebut adalah suara
keras, sikap menakut-nakuti, dan bahkan intimidasi yang dilakukan orang dewasa
terhadap Albert yang belum genap berusia satu tahun.
Hasilnya, Albert mengalami fobia parah
terhadap hewan berbulu.
Tragisnya, tidak ada pengobatan terhadap
Albert dan ia tetap dalam kondisi fobia sampai akhirnya anak bernama asli
Dorlas Merrite tersebut meninggal dunia pada usianya yang ke-6 akibat gangguan
otak.
5. Percobaan Milgram
Pakar psikologi dari Universitas Yale
pernah melakukan percobaan yang ia namakan Eksperimen Milgram.
Secara mendasar, studi dan percobaan
tersebut dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan mengenai kepatuhan manusia
secara mutlak terhadap manusia lainnya.
Dilansir dalam Behavioral Scientist, eksperimen tersebut dilakukan pada 1961 oleh
Profesor Stanley Migram.
Eksperimen ini didasarkan pada
eksperimen sama yang sebelumnya dilakukan oleh Adolf Eichmann, seorang Nazi
yang juga melakukan eksperimen kepatuhan terhadap para tahanan di
penjara-penjara Nazi.
Ya, pada era Perang Dunia, Nazi memang
kerap melakukan eksperimen kontroversial terhadap para tahanannya.
Penelitian tersebut melibatkan
pemberian kejutan listrik terhadap semua pesertanya, seolah berada dalam
kondisi penyiksaan.
Hasilnya, pada kejutan listrik sebesar
300 volt, mayoritas peserta akan meminta studi dihentikan.
Namun, untuk tegangan listrik yang
lebih tinggi, mayoritas peserta menjadi diam dan tidak menuruti perintah dari
orang lain.
Meskipun sangat kontroversial, hasil
dari studi ini menyimpulkan bahwa manusia tidak akan patuh pada orang lain
meskipun berada dalam penyiksaan tertinggi.
Sebaliknya, cara-cara persuasif tanpa
melibatkan kekerasan justru akan membawa dampak lebih besar bagi kepatuhan
banyak orang.
Penelitian dan eksperimen di atas
memang dinilai kejam dan kontroversial.
Namun, saat ini, eksperimen seperti
itu sudah dilarang dan ilmuwan punya metode lain tanpa melibatkan penyiksaan
manusia atau bahkan hewan. [dhn]