Pesannya jelas: selalu ada pilihan lain bahkan ketika dunia tampak tak memberi ruang.
Yang menarik, Park juga menautkan tema krisis moral manusia dengan relasi mereka terhadap alam.
Baca Juga:
Sambut Desember, Ini Film Natal Netflix yang Wajib Masuk Daftar Tontonan
Industri kertas yang menjadi latar film ini bukan sekadar setting, tetapi simbol eksploitasi.
Di balik setiap lembar kertas ada pohon yang ditebang.
Man-soo, dengan hobinya merawat bonsai, menjadi metafora manusia yang ingin mengontrol alam dan menata kesempurnaan semu, tapi justru mematikan kehidupan itu sendiri.
Baca Juga:
“Jujutsu Kaisen: Zero Revival” Kembali Tayang di Bioskop, Sambut Film Baru Desember 2025
Gaya Sinematik Khas Park Chan-wook
Meski mengangkat tema berat, film ini tidak pernah terasa kaku. Park menyelipkan komedi gelap di tengah tragedi, menciptakan momen absurd sekaligus menegangkan.
Salah satu adegan paling mencolok adalah perebutan pistol antara Lee Byung-hun, Lee Sung-min, dan Yeom Hye-ran adegan yang kacau namun disusun secara teatrikal dan penuh gaya.