Rakyat seharusnya melacak dan menelusuri rekam jejak digital
para elite politik apakah mereka benar-benar tulus ikhlas memperjuangkan
kemaslahatan masyarakat secara holistik atau hanya memperjuangkan kepentingan
politik pribadi, kelompok, golongan sebagaimana dipertontonkan para politisi
yang menjadikan kekuasaan sebagai tujuan.
Baca Juga:
Mama Dada Mu Ini Dada Ku
Bila mereka benar-benar ingin merebut kekuasaan sebagai alat
perjuangan mewujudkan kepentingan rakyat, nusa dan bangsa maka mereka tidak
akan menghalalkan segala cara, seperti; mengadudomba, membenturkan anak-anak
Ibu Pertiwi Indonesia dengan isu-isu sektarian-primordial sentimen suku, agama,
ras, dan antargolongan (SARA), politik identitas serta menyebar berita hoax
atau kebohongan, fitnah, hasut, hujat, nyinyir, culas, provovasi, agitasi,
ujaran kebencian menimbulkan kekacauan, kegaduhan, keonaran berbangsa dan
bernegara.
Baca Juga:
Perseteruan Kandidat Penghuni Sorga
Indikasi-indikasi ini tidak terlalu sulit dan sukar
melacaknya apabila rakyat tidak mudah tergoda dan terkecoh rayuan-rayuan mulut
manis bermasker kedermawanan palsu dan kepedulian kamuflase bermahar
kompensasi.
Kearifan budaya bumi Nusantara dan salah satu diantaranya
kearifan budaya Batak Toba "Gaja Paturtar Tojak Angha Lisat"
membangun kecerdasan bahwa karut-marut politik di negeri ini tidak lain tidak
bukan hanyalah imbas "Pertarungan perebutan kekuasaan segelintir elite
politik haus kuasa" mengorbankan nasib rakyat tak bersalah dan berdosa.