WahanaNews.co | Inilah
Baiae, kota yang di zaman Romawi kuno merupakan tempat pesta para orang kaya di
masa lalu. Kota tersebut ibarat Las Vegas bagi Kekaisaran Roma dengan semua
kemewahannya. Namun, kini kota itu tenggelam dan berada di bawah laut.
Baca Juga:
Viral, Anak Indonesia Bertanya kepada Paus: Jika Anda Bisa Lakukan Keajaiban, Apa yang Anda Lakukan?
Kota Baiae beradai di pesisir barat Italia, sekitar 30
kilometer dari Naples. Pada zamannya, sekitar 2.000 tahun yang lalu, kota ini
melayani bangsawan-bangsawan Roma, penyair, orator hingga jenderal dan
orang-orang kaya di zaman itu.
Ada banyak bangunan megah di Baiae, arsitekturnya selalu
besar dan menjulang dengan dekorasi yang menakjubkan dan terlihat rumit. Bahkan
ada yang membuat gua pribadi dipenuhi patung marmer. Tujuh kaisar, termasuk
Augustus dan Nero, juga memiliki vila di sini, seperti Julius Caesar dan Mark
Anthony.
Pesta-pesta biasanya digelar di resor-resor mewah, beberapa
ada yang dibangun di atas air, bangungan yang kini disebut underwater villa. Di
Baiae, apa pun dapat dilakukan asal punya uang. Penyair Sextus Propertius
menggambarkan kota ini sebagai tempat kejahatan yang menjadi "musuh bagi
makhluk berbudi luhur".
Baca Juga:
Ternyata Ini Sejarah Kenapa Tahun Baru Dimulai dari Bulan Januari
Di situlah "orang tua berperilaku seperti anak
laki-laki, dan banyak anak laki-laki bertindak seperti gadis muda,"
menurut ilmuwan Romawi, Varro, dilansir Phys.org.
Tenggelamnya Baiae
Tapi siapa mengira, semua kemewahan dan kemegahan di "kota
maksiat" Baiae itu kemudian tenggelam karena bencana alam yang dahsyat. Pada
abad keempat, bradyseism yaitu naik turunnya tanah karena aktivitas hidrotermal
dan seismik, telah membuat kota itu kini berada di kedalaman 4-6 meter di bawah
laut.
Resor-resor mewah, patung-patung marmer, kolam ikan hias,
kuil dan semua kemegahan dan kemewahan di Baiae akhirnya tenggelam akibat
aktivitas vulkanis di wilayah tersebut. Kini, Baiae menjadi situs reruntuhan
kuno bawah laut yang menarik bagi wisatawan dan para ahli arkeologi.
Penyelam melihat ikan berenang di atas mosaik dari Villa a
Protiro, di reruntuhan kuno Baiae, Napoli, Italia.
"Sulit, terutama
bagi mereka yang baru pertama kali datang, untuk membayangkan bahwa Anda dapat
menemukan hal-hal yang tidak akan pernah dapat Anda lihat di tempat lain di
dunia hanya dalam beberapa meter air," kata Marcello Bertolaso, kepala pusat
penyelaman Campi Flegrei, yang biasa membawa wisatawan di sekitar lokasi.
Pada tahun 1940-an, seorang pilot membagikan foto udara
sebuah bangunan yang berada di bawah laut. Hal itu kemudian menarik perhatian
para ahli arkeologi dan pemerintah Italia.
Setelah beberapa dekade adanya penemuan barang antik di
jaring nelayan dan penjarah bebas berkeliaran di sana. Reruntuhan kuno Baiae
kini telah menjadi kawasan laut yang dilindungi sejak tahun 2002 dengan luas
sekitar 177 hektare.
Menjadi Situs
Arkeologi
Setelah menjadi situs arkeologi, Baiae tidak formal
dirancang sebagai kawasan lindung sampai tahun 2002, ketika situs tersebut
mulai dibuka untuk umum. Namun, untuk bisa mengunjunginya, wisatawan harus
didampingi oleh pemandu terdaftar.
Di sana, wisatawan dapat melakukan penyelaman dan dapat
melihat pilar-pilar bangunan Romawi, jalanan kuno, dan alun-alun dengan tatanan
ubin yang rumit. Patung Octavia Claudia (saudara perempuan Kaisar Claudius) dan
Ulysses menandai pintu masuk gua-gua di bawah air.
Penyelam juga dapat melihat ikan-ikan melintasi lantai
mosaik dan masuk ke puing-puing vilva-vila yang hancur, tempat orang Romawi
dulu berpesta pora, minum-minum dan bercengkerama. Reruntuhan istana dan
pemandian berkubah yang dibangun kaisar di Baiae kini menjadi taman bermain kepiting
lepas pantai.
Arkeolog Enrico Gallocchio kepada AFPTV mengatakan, ketika
mereka meneliti daerah baru di sana, mereka dengan lembut menyapu pasir di
sana, di tempat yang mereka tahu ada lantai. Mereka kemudian
mendokumentasikannya dan kemudian menutupinya kembali.
"Jika tidak, fauna dan flora laut akan menyerang
reruntuhan. Pasir melindungi mereka," katanya.
Meski demikian, menurutnya, masih ada peninggalan kuno
lainnya yang bisa ditemukan. "Reruntuhan besar mudah ditemukan dengan
memindahkan sedikit pasir, tetapi ada daerah di mana tepian pasir bisa mencapai
beberapa meter," katanya.
Pesta-pesta biasanya digelar di resor-resor mewah, beberapa
ada yang dibangun di atas air, bangungan yang kini disebut underwater villa. Di
Baiae, apa pun dapat dilakukan asal punya uang. Penyair Sextus Propertius
menggambarkan kota ini sebagai tempat kejahatan yang menjadi "musuh bagi
makhluk berbudi luhur".
Di situlah "orang tua berperilaku seperti anak
laki-laki, dan banyak anak laki-laki bertindak seperti gadis muda,"
menurut ilmuwan Romawi, Varro, dilansir Phys.org.
Tenggelamnya Baiae
Tapi siapa mengira, semua kemewahan dan kemegahan di "kota
maksiat" Baiae itu kemudian tenggelam karena bencana alam yang dahsyat. Pada
abad keempat, bradyseism yaitu naik turunnya tanah karena aktivitas hidrotermal
dan seismik, telah membuat kota itu kini berada di kedalaman 4-6 meter di bawah
laut.
Resor-resor mewah, patung-patung marmer, kolam ikan hias,
kuil dan semua kemegahan dan kemewahan di Baiae akhirnya tenggelam akibat
aktivitas vulkanis di wilayah tersebut. Kini, Baiae menjadi situs reruntuhan
kuno bawah laut yang menarik bagi wisatawan dan para ahli arkeologi.
Penyelam melihat ikan berenang di atas mosaik dari Villa a
Protiro, di reruntuhan kuno Baiae, Napoli, Italia.
"Sulit, terutama
bagi mereka yang baru pertama kali datang, untuk membayangkan bahwa Anda dapat
menemukan hal-hal yang tidak akan pernah dapat Anda lihat di tempat lain di
dunia hanya dalam beberapa meter air," kata Marcello Bertolaso, kepala pusat
penyelaman Campi Flegrei, yang biasa membawa wisatawan di sekitar lokasi.
Pada tahun 1940-an, seorang pilot membagikan foto udara
sebuah bangunan yang berada di bawah laut. Hal itu kemudian menarik perhatian
para ahli arkeologi dan pemerintah Italia.
Setelah beberapa dekade adanya penemuan barang antik di
jaring nelayan dan penjarah bebas berkeliaran di sana. Reruntuhan kuno Baiae
kini telah menjadi kawasan laut yang dilindungi sejak tahun 2002 dengan luas
sekitar 177 hektare.
Menjadi Situs
Arkeologi
Setelah menjadi situs arkeologi, Baiae tidak formal
dirancang sebagai kawasan lindung sampai tahun 2002, ketika situs tersebut
mulai dibuka untuk umum. Namun, untuk bisa mengunjunginya, wisatawan harus
didampingi oleh pemandu terdaftar.
Di sana, wisatawan dapat melakukan penyelaman dan dapat
melihat pilar-pilar bangunan Romawi, jalanan kuno, dan alun-alun dengan tatanan
ubin yang rumit. Patung Octavia Claudia (saudara perempuan Kaisar Claudius) dan
Ulysses menandai pintu masuk gua-gua di bawah air.
Penyelam juga dapat melihat ikan-ikan melintasi lantai
mosaik dan masuk ke puing-puing vilva-vila yang hancur, tempat orang Romawi
dulu berpesta pora, minum-minum dan bercengkerama. Reruntuhan istana dan
pemandian berkubah yang dibangun kaisar di Baiae kini menjadi taman bermain
kepiting lepas pantai.
Arkeolog Enrico Gallocchio kepada AFPTV mengatakan, ketika
mereka meneliti daerah baru di sana, mereka dengan lembut menyapu pasir di
sana, di tempat yang mereka tahu ada lantai. Mereka kemudian
mendokumentasikannya dan kemudian menutupinya kembali.
"Jika tidak, fauna dan flora laut akan menyerang
reruntuhan. Pasir melindungi mereka," katanya.
Meski demikian, menurutnya, masih ada peninggalan kuno
lainnya yang bisa ditemukan. "Reruntuhan besar mudah ditemukan dengan
memindahkan sedikit pasir, tetapi ada daerah di mana tepian pasir bisa mencapai
beberapa meter." [rin]