Setelah beberapa dekade adanya penemuan barang antik di
jaring nelayan dan penjarah bebas berkeliaran di sana. Reruntuhan kuno Baiae
kini telah menjadi kawasan laut yang dilindungi sejak tahun 2002 dengan luas
sekitar 177 hektare.
Baca Juga:
Viral, Anak Indonesia Bertanya kepada Paus: Jika Anda Bisa Lakukan Keajaiban, Apa yang Anda Lakukan?
Menjadi Situs
Arkeologi
Setelah menjadi situs arkeologi, Baiae tidak formal
dirancang sebagai kawasan lindung sampai tahun 2002, ketika situs tersebut
mulai dibuka untuk umum. Namun, untuk bisa mengunjunginya, wisatawan harus
didampingi oleh pemandu terdaftar.
Di sana, wisatawan dapat melakukan penyelaman dan dapat
melihat pilar-pilar bangunan Romawi, jalanan kuno, dan alun-alun dengan tatanan
ubin yang rumit. Patung Octavia Claudia (saudara perempuan Kaisar Claudius) dan
Ulysses menandai pintu masuk gua-gua di bawah air.
Baca Juga:
Ternyata Ini Sejarah Kenapa Tahun Baru Dimulai dari Bulan Januari
Penyelam juga dapat melihat ikan-ikan melintasi lantai
mosaik dan masuk ke puing-puing vilva-vila yang hancur, tempat orang Romawi
dulu berpesta pora, minum-minum dan bercengkerama. Reruntuhan istana dan
pemandian berkubah yang dibangun kaisar di Baiae kini menjadi taman bermain
kepiting lepas pantai.
Arkeolog Enrico Gallocchio kepada AFPTV mengatakan, ketika
mereka meneliti daerah baru di sana, mereka dengan lembut menyapu pasir di
sana, di tempat yang mereka tahu ada lantai. Mereka kemudian
mendokumentasikannya dan kemudian menutupinya kembali.
"Jika tidak, fauna dan flora laut akan menyerang
reruntuhan. Pasir melindungi mereka," katanya.