Dengan jawaban seperti itu, dia
selamat. Kemudian dia ke Jakarta berjualan ketoprak lagi.
Ceritanya meloncat tentang seseorang
yang berkaca mata tebal, bertubuh pendek dan gemuk.
Baca Juga:
MPR RI Bakal Kaji Ulang Pasal TAP MPR Terkait Soeharto dan Gus Dur
Pria itu sering makan di gerobaknya.
Kadang minta diantar ke ruangannya. Belakangan, dia kenal orang yang sering
nongkrong itu ternyata Ketua Umum PBNU, KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Menurut pengamatannya, kemeriahan
gedung yang berlantai dua itu berubah dari sebelumnya.
Halaman tak pernah sepi. Banyak tamu
yang datang. Dari pakaiannya, mereka berasal dari berbagai kalangan. Anak muda,
perempuan, dan orang tua. Berpeci dan bersarung, bertopi, berdasi, dan entah
apa lagi.
Baca Juga:
Wasekjen PBNU Tuding PKB Dalangi Demo di Kantor PBNU
Kehadiran mereka membawa berkah
baginya. Isi kantongnya bertambah karena sering ada tamu gedung itu mengisi
perut di gerobaknya.
"Lama kelamaan, saya juga kenal dengan
Bu Nuriyah dan anak-anaknya. Saya kenal Yenny. Kalau Yenny ke sini, biasanya
dia ngasih uang. Kalau habis pulang, dan uang saya habis di kampung, saya minta
modal sama Bu Nuriyah," kenangnya.
Kemudian, ia
menceritakan dialog antara dia dan istri Gus Dur itu.