“Pas sampai di rumah sakit pun enggak bisa lepas. Keduanya tetap menyatu. Akhirnya dipotong kemaluan laki-lakinya,” ungkap Hilya yang turut dimintai keterangan oleh pihak rumah sakit.
Menurut keterangan medis, otot vagina korban perempuan mengalami kejang hebat disertai pembengkakan, sementara posisi tubuh pria di bawah membuat aliran darah dan kontraksi itu semakin fatal.
Baca Juga:
KPK Geram, Saksi Kunci Kasus Korupsi Kuota Haji Mangkir
“Itu pembuluh darah di area vaginanya pecah. Karena posisi pria di bawah, arus kram itu kayak nyamber kesetrum ke tubuh laki-lakinya juga,” tambahnya.
Sebelum tragedi mengerikan itu terjadi, Hilya sempat berpapasan dengan keduanya di jalur menuju Pos 4 dan menyadari bahwa pendaki perempuan tampak sangat kelelahan.
“Tetehnya kayak capek banget. Aku tanya ke cowoknya, dia bilang ‘kecapean saja’. Tapi enggak lama ceweknya nangis, ‘aku mau turun’. Tapi cowoknya tetap maksa, katanya bisa pelan-pelan,” ucap Hilya.
Baca Juga:
Polemik Air Sumur Bor Aqua, YLKI: Konsumen Berhak Dapat Informasi Jujur
Menurutnya, pasangan itu masih sangat muda, masing-masing lahir tahun 2000 dan 2001. Saat tiba di Pos 4, kondisi si perempuan makin menurun hingga sempat pingsan dan bertingkah aneh seperti orang kesurupan.
“Dia ketawa melengking, kayak bukan suaranya sendiri. Kami kira kesurupan, tapi aku masih berpikir positif, mungkin cuma kecapean,” kata Hilya.
Setelah sempat dibantu dan ditenangkan, Hilya serta rombongannya melanjutkan perjalanan ke puncak, sementara pasangan tersebut memilih beristirahat dan kemudian mendirikan tenda tak jauh dari tempat mereka.