Pada 1977, dia lulus dari Harvard University dengan predikat cum laude bergelar Bachelor of Arts bidang matematika dan ekonomi terapan. Dari sana, dia mulai bekerja sebagai asisten manajer di P&G dan sempat mencoba menulis skenario di Hollywood.
Barulah pada 11 Juni 1980, Ballmer menjajaki karir di Microsoft. Ia menjadi karyawan ke-30 saat perusahaan asuhan Bill Gates baru dimulai dan menjadi manajer bisnis pertama di perusahaan. Perusahaan menawarkan gaji dan kepemilikan 8 persen saham.
Baca Juga:
17 Personil SAR Jambi di Berangkatkan ke Sumbar untuk Bantuan Evakuasi Erupsi Gunung Merapi
Sahamnya terus bertambah tebal, seiring dengan kenaikan gaji dan jabatannya. Pada 13 Januari 2000, ia mulai menduduki kursi sebagai CEO perusahaan.
Ia menjadi orang kedua yang menangani keuangan dan operasional perusahaan setelah Gates mengemban jabatan sebagai ketua dewan.
Tiga tahun setelah menjadi CEO, Ballmer melepas 39,3 juta sahamnya setara US$955 juta dan menyisakan hanya empat persen saham di kantongnya. Padahal, saat itu perusahaan mendulang kinerja kinclong. Kepemimpinan Ballmer juga disebut-sebut mengungguli kinerja CEO papan atas lainnya.
Baca Juga:
Kasus Pembangunan Stadion Mini di Sungai Penuh, Kejari Tetapkan Tiga Tersangka
Karir Ballmer bukan tanpa rintangan. Dia dinilai gagal memanfaatkan teknologi baru. Bahkan, BBC sempat menobatkan Ballmer sebagai salah satu CEO terburuk pada 2013 lalu, setahun sebelum ia memutuskan pensiun. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.