WahanaNews.co | Salah satu kreator Dahmer - Monster: The Jeffrey Dahmer Story bingung setelah mengetahui banyak basis-basis penggemar muncul setelah penayangan Monster: The Jeffrey Dahmer Story.
Ian Brennan juga merasa takut ketika tahu banyak orang malah menyukai Jeffrey Dahmer sosok pembunuh berdarah dingin dan kanibal yang menjadi fokus serial garapannya itu.
Baca Juga:
Roblox Siap Dukung Indonesia Lindungi Anak di Dunia Digital dan Perkuat Industri Gim Lokal
"Itu menyeramkan. (Saya belum lihat fannya) Tapi itu gila," cetus Brennan menanggapi munculnya fenomena basis penggemar sosok Dahmer di kalangan penontonnya, seperti diberitakan Page Six beberapa waktu lalu.
Basis penggemar Dahmer muncul di media sosial. Hal itu yang kemudian memicu tuduhan bahwa serial Monster: The Jeffrey Dahmer dibuat sebagai bentuk simpati kepada pembunuh berdarah dingin itu.
Namun, hal itu dibantah tegas oleh Ian Brennan. Menurutnya, ia bersama tim hanya menunjukkan kisah dari satu sosok manusia.
Baca Juga:
PLN Buka Jalan Kemandirian Warga Binaan dengan Pelatihan FABA
"Saya rasa kami menunjukkan kisah seorang manusia. Dia adalah manusia kejam dan juga monster yang sangat mengerikan," kata Ian Brenna, seperti diberitakan Page Six beberapa waktu lalu.
"Kami berusaha menampilkan potret itu dengan seobjektif mungkin. Kami telah menyelesaikan pekerjaan rumah kami," imbuhnya.
Bantahan itu disampaikan menyikapi pandangan bahwa Monster: The Jeffrey Dahmer Story menjadi bentuk glorifikasi terhadap pembunuh, pelaku pelecehan seksual, bahkan kanibal.
"Kami berusaha menampilkan potret itu dengan seobjektif mungkin. Kami telah menyelesaikan pekerjaan rumah kami," imbuhnya.
Meski menuai banyak kecaman, baik dari penonton dan pihak keluarga korban Dahmer, tayangan dokumenter ini juga menuai kesuksesan besar.
Sejak ditayangkan pada 21 September lalu, Dahmer - Monster: The Jeffrey Dahmer Story berhasil mendulang jumlah watch-time sedikitnya 701,37 jam hingga awal pekan ini.
Jumlah itu membuat Dahmer menjadi serial berbahasa Inggris terpopuler kedua di Inggris, per laporan Variety, Selasa (11/10).
Menanggapi hal itu, Brannen mengaku kagum dan bangga atas kesuksesan tayangan yang digarapnya bersama Ryan Murphy. Lebih lanjut, ia justru terkejut keheranan mengapa kisah dokumenter Dahmer bisa mencapai kesuksesan besar di Netflix.
"Saya selalu menanyakan pertanyaan yang sama pada diriku sendiri. Ini menarik, ketika cerita-cerita mengerikan seperti itu justru beresonansi dengan banyak orang," kata Brennan.
"Menurut saya, ini adalah cara dari banyak orang untuk mencoba mendekat dengan hal-hal menakutkan dari diri mereka sendiri, dan melihatnya (ditayangkan) di layar," imbuhnya.
Dahmer - Monster: The Jeffrey Dahmer Story menceritakan tentang cara Dahmer (Evan Peters) membunuh dan memutilasi sekitar 17 laki-laki dalam periode 1978 dan 1991.
Jeffrey Dahmer dikenal sebagai monster. Ia merupakan pelaku pelecehan seksual bahkan terhadap anak-anak, pembunuh berdarah dingin karena menghabiskan para korban secara bengis.
Tak hanya membunuh, ia juga mengawetkan bagian tubuh hingga memakan daging korbannya.
Dalam periode 1978 dan 1991, Jeffrey Dahmer membunuh 17 pria dewasa dan anak-anak, meski sebagian besar terjadi antara 1987-1991.
Sebagian besar korban Dahmer adalah mereka yang terdampak rasisme sistemik. Jumlah korban itu juga semakin bertambah akibat kurang ketat dan cekatannya kelembagaan polisi di AS dalam memproses laporan saksi.
Dahmer - Monster: The Jeffrey Dahmer Story dibuat Ryan Murphy bersama Ian Brennan. Selain Evan Peters, serial ini juga dibintangi Richard Jenkins, Molly Ringwald, Niecy Nash, dan Michael Learned.
Dahmer - Monster: The Jeffrey Dahmer Story memiliki 10 episode yang tayang di Netflix sejak 21 September. [afs]