Di Jawa ada kerupuk bernama karak yang awalnya dibuat dari olahan sisa nasi kering. Sementara di beberapa daerah ada juga yang menggunakan udang dan ikan sebagai bahan utama pembuatan kerupuk.
Jejak Krisis Ekonomi
Baca Juga:
Gubernur Jambi Ajak Semua Pihak Merawat Sungai Batanghari dari Hulu Hilir
Pada masa penjajahan, sekitar tahun 1930-1940an masyarakat Indonesia mengalami krisis ekonomi juga kelelahan akibat perang. Krisis tersebut membuat masyarakat memutar otak untuk tetap mendapatkan makanan murah, mengenyangkan, dan sederhana untuk dibuat.
Saat itu kerupuk menjadi lauk utama yang diandalkan masyarakat dalam kesulitan. Kerupuk biasa disajikan sebagai pelengkap untuk nasi gaplek, tiwul, nasi jagung, dan atau bulgur.
Keistimewaan dari kerupuk saat itu adalah teksturnya yang renyah melengkapi seporsi piring makan. Sayangnya kerupuk minim, bahkan hampir tidak memiliki nutrisi sebagai asupan sehari-hari.
Baca Juga:
Pemkot Jambi Jadikan HUT ke-80 RI Momentum Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat Setempat
Awal Mula Lomba Makan Kerupuk
Mengutip laman Kemdikbud Ristek, RRI (17/8/2024), lomba makan kerupuk disebut bukan sekadar hiburan semata. Lomba tersebut diperkirakan sudah hadir sejak 1950an dan menjadi bagian dari perayaan hari kemerdekaan.
Sama seperti zaman sekarang, masyarakat akan berkumpul pada wilayah yang sudah ditunjuk. Kerupuk-kerupuk akan digantung pada seutas tali dan harus dihabiskan dengan dimakan tanpa bantuan tangan.