WahanaNews.co | Setelah jatuh bangun berkali-kali, pengusaha cilok ini sukses menginspirasi. Dengan modal yang berawal Rp 48.000, kini usahanya beromzet 15 juta perhari.
Tak ada perjuangan yang mengkhianati hasil, agaknya istilah tersebut yang cocok untuk menggambarkan kisah perjalanan Abdulloh, seorang pengusaha cilok sukses.
Baca Juga:
Ciputra: Hanya Miliki Sepatu Satu Pasang, Tapi Karyanya Mendunia
Melalui channel YouTube Pejuang Duit (02/05) Abdullah menceritakan jungkir balik selama menjalani usahanya yang bernama Cilok Gurilem yang berlokasi di Sukabumi.
Abdullah merintis usaha cilok sejak 1986 dengan modal Rp 48.000 yang ia dapatkan dari bayaran utang bos sebelumya. Dengan modal tersebut ia mendapatkan 4 pikulan cilok.
Tiga cilok diantaranya dititipkan di tiga tempat yang berbeda. Sementara satu pikulannya ia jual sendiri.
Baca Juga:
Jan Hwa Diana Akui Salah Tahan 108 Ijazah, Siap Kooperatif Jalani Proses Hukum
"Pikul sendiri jualan di sekolah, kalau sudah habis baru ambil hasil dari yang dititip," ujarnya.
Hasil dari penjualan itu kemudian dibelanjakan lagi untuk jualan di hari esoknya.
Merasa lelah melakukannya sendiri, Abdullah pun mencari karyawan sejalan dengan usahanya yang berkembang.
"Dari 4 pikulan terus jadi 12 pikulan," tuturnya dalam video yang telah dilangsir dari detikFood (01/07).
Usahanya pun berkembang pesat, tapi sayang krisis moneter pada tahun 1998 membuat usahanya ambruk.
Kejadian itu menyebabkan usahanya bubar, hanya 203 karyawan saja yang bertahan.
Dari sisa tenaga kerja itu, Abdullah kembali merintis kembali usahanya.
Kemudian, di tahun 2010 usahanya kembali mengalami keterpurukan karena datang pesaing.
Dalam menjalani usahanya, Abdulloh kerap mengalami keterpurukan Foto: YouTube Pejuang Duit
"Itu ada pabrik cilok yang gede datang, kita kehilangan pelanggan. Tapi lama-lama pelanggan kita ya balik lagi ke kita," lanjut Abdullah.
Setelah itu usahanya kembali bangkit lagi dengan tenaga kerja sebanyak 18 orang.
Tak berhenti sampai itu, tiba-tiba saja usaha ciloknya dilaporkan polisi karena disebut berbau.
"Kita didatangi polisi karena ada yang mengadu karena ciloknya bau. Kita sih ngikutin tetangga kita, kalau tetangga bilang kita harus pindah ya kita pindah," ujarnya.
Usai kejadian itu, Abdullah memutuskan untuk memindahan usaha rumahannya ke Sukabumi. Di tahun 2020 usahanya kembali mengalami keterpurukan karena adanya aturan lockdown dan PPKM.
Beruntungnya, semakin landainya kurva kasus Covid-19 semakin kembali normalnya usaha cilok milik Abdullah.
Hingga kini dalam sehari ia bisa mendapatkan omzet 15 juta.
Bagi Abdullah, kunci sukses dalam usahanya tersebut adalah ulet, tekun dan berani. "Kalau kita takut, gak akan jalan-jalan kita, yang penting berani dan ulet," tutupnya. [gun]