Tanpa banyak pertimbangan Halim Perdanakusuma menerima tawaran itu. Sejak saat itu Halim memulai tugas barunya ikut serta membina serta merintis perkembangan AURI dengan pangkat Komodor Muda Udara.
Sesuai dengan keahlian dan pengalaman yang dimilikinya, Halim diserahi tugas sebagai Perwira Operasi Udara. Ia bertanggung jawab atas pelaksanaan operasi udara.
Baca Juga:
Kapuspen TNI Bantah Perwiranya Jadi Beking Tersangka Perundungan Anak SMA di Surabaya
Salah satu tugasnya menembus blokade udara Belanda, mengatur siasat serangan udara atas daerah lawan, operasi penerjunan pasukan di luar Jawa dan penyelenggaraan operasi penerbangan dalam rangka pembinaan wilayah.
Serangan ketiga kota
Selain itu juga diserahi tugas sebagai instruktur navigasi di sekolah penerbangan yang didiirikan dan dipelopori oleh Agustinus Adisutjipto.
Baca Juga:
Skandal Judi Online: 4.000 Prajurit TNI Kena Sanksi, Danpuspom Beri Peringatan Keras
Sebagai perwira operasi, Komodor Muda Udara Halim Perdanakusuma mendapat perintah menyusun serangan udara balasan atas peristiwa Agressi militer I Belanda.
Pada dini hari tanggal 29 Juli 1947 atas persetujuan pimpinan AURI dilakukan serangan udara terhadap tiga kota yang dikuasai Belanda, yaitu Semarang, Salatiga, dan Ambarawa.
Keberhasilan atas penyerangan ini melambungkan nama AURI, namun menimbulkan kemarahan dari pihak Belanda yang selama ini selalu memandang rendah kemampuan penerbang Indonesia.