Tiba-tiba,
muncul sebuah ajakan hangat
dari teman ayahnya. Ia menawarkan untuk menjadi tentara. Tentu saja Jovan
menolak, sebab takut.
"Enek anake temene papaku (ada temennya
papa). De'e nganu ngajak aku dadi tentara
(dia mengajak jadi tentara). Nggak gelem
(mau) lah jadi tentara. Terus kok lama-lama ditawari terus, lama-lama jadi
kepingin, banyak benefite
(manfaatnya)," papar Jovan.
Baca Juga:
USS Nimitz Tiba-tiba Hilang Sinyal di Perairan RI, Ini Respons TNI AL
Seiring
dipikirkan lebih matang, ternyata menjadi tentara terasa menguntungkan bagi
Jovan. Hingga,
ia pun memberanikan diri menuju ke San Fransisco untuk
melakukan wawancara dan tes.
"Pertama,
dapat asuransi, nek nggak salah
seumur hidup. Kedua, sekolah dibiayai pemerintah. Terus akhire aku mutusno masuk
tentara, bulan depannya saya mutusno
pergi ke San Fransisco nemuin anaknya temene
papa," jelasnya.
Baca Juga:
Dunia di Ujung Perang Besar: Jika AS Terseret Konflik Israel-Iran, China dan Rusia Tak Akan Diam
Takut karena "Medok"
Rasa
takut menyelimuti Jovan saat mengikuti serangkaian tes masuk Tentara Angkatan
Laut Amerika atauUnited States Navy, disingkat USN.
Tak
disangka, ia merasa berkah Tuhan tengah menghampiri. Dia bisa mengikuti training selama dua bulan, sebagai tes
selanjutnya.