Selama satu tahun ia memlajari kitab Injil, ternyata ia menemukan apa yang tertulis di Al-quran ternyata ada kesamaan dengan Kitab Injil. Suatu ketika ia dihampiri oleh pamannya yang dikatakan olehnya seorang pembunuh. Pamannya itu berniat untuk belajar Islam dengannya.
Namun Suji malah meminta Pamannya untuk belajar Kristen. Sebab, kitabnya mudah dipelajari daripada belajar Al-quran.
Baca Juga:
Dit. Reskrim Polda Metro Jaya Panggil Saksi Kasus Penistaan Agama
"Sebenarnya kalau pakde ingin bertaubat, ingin belajar, kebenaran Tuhan. Supaya pakde itu mudah memahami, seyogyanya jangan lewat Islam. Karena Islam kebanyakan pakai bahasa Arab yang susah dipahami," terang Suji ke pamannya itu.
Pamannya pun setuju dengan pembahasan kitab Injil karena menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Tahun 1984-1986, pamannya ingin mendatangkan pendeta dari Jakarta.
Berjalannya 3 bulan, 30 kartu keluarga di sana sudah jadi Kristen karena belajar agama dengan pendeta dari Jakarta itu.
Baca Juga:
Viral Patung Bunda Maria Menangis, Ini Penjelasan Ilmiahnya
Lalu tahun 1986 instansi kecamatan menggerebek tempat peribadahan karena dinilai menambah agama lain selain Islam. Ia kemudian mempertanyakan soal Undang-undang Dasar 1945. Suji mengaku jika tahun1986 ia belum menjadi seorang Kristen, tapi jiwanya sudah Kristen.
Usai dipenjara ajak 400 warga dibaptis
Karena permasalahan itu, Suji sempat mengirim surat ke pusat. Ia justru makin ditimpa masalah. Namun, semakin banyak menerima masalah, ia mengaku justru siap menghadapinya.