Koalisi diikat kepentingan politik parsial serta bagi-bagi
kekuasaan dibandingkan kesamaan plaform atau visi-misi sangat mudah dan gampang
timbul gesekan dan benturan ketika kepentingan partai terusik sehingga dapat
berubah seketika menjadi oposisi menyerang koalisinya.
Baca Juga:
Rayakan HUT RI, Relawan BUMN di Jembrana Gelar Upacara dan Berbagai Kegiatan Sosial
Demikian juga oposisi yang memosisikan diri "asal
berbeda, asal berbunyi" dengan modal nyinyir, plintir, culas, tanpa
memberi solusi dan second opinion cerdas, brilian, jenial hanya kegenitan
politik menimbulkan kebisingan, kegaduhan, keonaran akibat tidak ikut bagi-bagi
kekuasaan. Hal-hal remeh temeh yang tak berguna dan bermanfaat bagi Nusa dan
Bangsa dielaborasi sejadi-jadinya amunisi politik menyerang lawan politik
berseberangan. Misalnya, mempersoalkan perubahan cat pesawat presiden menjadi
Merah Putih sebagaimana Bendera Merah Putih simbol negara Republik Indonesia.
Framing kata ala Yudas Iskariot pun dinarasikan
seolah-seolah Pemerintahan Presiden Jokowi lebih mengutamakan kurang penting di
saat negeri ditimpa wabah pandemi covid-19 dengan terminologi rasionalisasi
menunjukkan apa saja pun rimanfaatkan amunisi menyerang pemerintah.
Baca Juga:
Peringati HUT RI ke-79, Kajari Gunungsitoli Bacakan Amanat Jaksa Agung
Penonjolan ego sektoral serta warna-warni
sektarian-primordial sadar atau tidak, setuju atau tidak telah "mengoyak
Merah Putih" simbol persatuan saudara sekandung anak- anak Ibu Pertiwi
Indonesia serta intoruptor laju pembangunan menuju Indonesia Maju, Indonesia
Hebat, Indonesia Adidaya sebagaimana amanah Pembukaan UUD RI 1945.