WahanaNews.co | NASA
berencana mengirimkan sekitar 5.000 tardigrades, 'beruang air' gemuk yang
menggemaskan dan 128 bayi cumi-cumi bobtail yang mampu bersinar dalam gelap ke luar angkasa.
Hewan-hewan itu akan menuju ke Stasiun Luar Angkasa
Internasional (ISS) sebagai bagian dari misi pasokan kargo ke-22 SpaceX.
Baca Juga:
Bumi Deteksi Sinyal Misterius dari Jarak 16.000 Tahun Cahaya, Siapa Pelakunya?
SpaceX akan meluncurkan makhluk mikroskopis itu dengan roket
Falcon 9 dari Kennedy Space Center di Florida pada 3 Juni 2021.
Melansir Science Alert, Tardigrades merupakan hewan yang
sangat kecil dengan panjangnya hanya 0,04 inci (1 milimeter). Dijuluki 'beruang
air' karena bentuknya gemuk dan seperti beruang jika dilihat melalui mikroskop.
Tardigrades dan cumi-cumi bobtail bukan hewan yang lemah.
Keduanya diklaim mampu bertahan dari radiasi ektrem, ruang hampa, dan
bertekanan sangat tinggi.
Baca Juga:
NASA Meluncurkan Satelit PACE untuk Studi Kesehatan Laut dan Iklim
Diketahui, pesawat ruang angkasa Israel Beresheet pernah
membawa ribuan tardigrades dehidrasi ke dalam pesawatnya ketika jatuh ke bulan
saat insiden gagal mendarat pada 11 April 2019.
Jika selamat dalam insiden itu, mungkin makhluk itu akan
bertahan, terutama karena mereka dalam keadaan dehidrasi 'tun' sehingga mereka
dapat dihidupkan kembali. Kemampuan itulah yang membuat tardigrada menjadi
organisme penelitian yang berguna di ISS.
Melansir CNN, dengan menggunakan tardigrades, peneliti ingin
melihat bagaimana hewan itu mentolerir lingkungan yang sangat ekstrem. Peneliti
juga ingin mengetahui apakah gaya gravitasi mempengaruhi hubungan simbiosis
antara cumi-cumi dan mikroba.
Eksperimen lain yang menuju ke ISS adalah ultrasound
portabel, operasi jarak jauh lengan robot menggunakan realitas virtual,
menganalisis bagaimana batu ginjal terbentuk di luar angkasa, hingga
mempelajari mikrobioma oral (yang ada di mulut manusia).
Tardigrada dikenal karena kemampuannya untuk bertahan hidup
dan bahkan berkembang di lingkungan yang paling ekstrem.
"Tardigrades adalah sekelompok hewan mikroskopis yang
terkenal karena kemampuannya untuk bertahan dari sejumlah tekanan
ekstrim," kata Thomas Boothby, asisten profesor biologi molekuler di
University of Wyoming.
Para ilmuwan juga telah mampu mengurutkan genom tardigrade,
sehingga mereka benar-benar dapat mengukur bagaimana hewan mikroskopis ini
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang berbeda berdasarkan ekspresi gen
mereka.
Tardigrades akan tiba di stasiun dalam keadaan mati beku,
kemudian dicairkan, dihidupkan kembali, dan ditanam dalam sistem biokultur
khusus.
Sedangkan cumi-cumi bobtail merupakan bagian dari eksperimen
Understanding Microgravity on Animal Microbe Interactions. Peneliti sangat
ingin melihat bagaimana mikroba menguntungkan yang sehat berkomunikasi dengan
jaringan hewan di luar angkasa.
Cumi-cumi bobtail, yang panjangnya hanya sekitar tiga milimeter,
menjadi model yang tepat untuk mempelajarinya. Cumi-cumi juga memiliki sistem
kekebalan yang sangat mirip dengan jenis yang dimiliki manusia.
"Hewan, termasuk manusia, bergantung pada mikroba kita
untuk menjaga kesehatan pencernaan dan sistem kekebalan," kata Jamie
Foster, peneliti utama dari Departemen Mikrobiologi dan Ilmu Sel di University
of Florida. [qnt]