Haryono, Peneliti Utama di bidang Ikan (Iktiologi) dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi-BRIN, menyatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan spesies yang sebelumnya dianggap punah kemudian ditemukan kembali adalah intensitas penelitian.
Meskipun IUCN telah melakukan penilaian sebelumnya sebelum memasukkan ikan belida Chitala lopis ke dalam daftar merah, penelitian yang mendalam dapat menghasilkan kesimpulan bahwa ikan tersebut sebenarnya masih ada atau mengalami rediscovery (penemuan kembali).
Baca Juga:
Pemerintah Aceh Bagikan 7,5 Ton Ikan Segar Cegah Inflasi dan Stunting
"Salah satu faktor penyebabnya adalah intensitas penelitian. Bisa jadi hewan tersebut masih ada dengan populasi yang rendah dan tidak ada penelitian, sehingga tidak terungkap atau tidak ditemukan," ungkap Haryono, melansirKompas.com, Senin (18/12/2023).
Tak hanya pada ikan belida Chitala lopis, rediscovery juga pernah terjadi pada hewan lain yang telah dinyatakan punah tetapi ditemukan lagi, salah satunya adalah mamalia endemik di Pegunungan Cyclops yaitu echidna paruh panjang attenborough (Zaglossus attenboroughi).
Berbeda dengan ikan belida Chitala lopis yang ditemukan setelah 3 tahun dinyatakan punah, Zaglossus attenboroughi baru ditemukan 62 tahun lagi setelah dinyatakan punah.
Baca Juga:
Program Makan Gratis, Menteri KKP: Menu Ikan Harus Disesuaikan dengan Wilayahnya
"Kata kuncinya adalah penelitian sangat diperlukan. Bisa jadi ada suatu hewan yang masih banyak populasinya di suatu wilayah tetapi tidak pernah dilakukan penelitian atau eksplorasi, maka tidak pernah terungkap (keberadaannya)," jelas Haryono.
Selain menguak fakta eksistensi ikan belida, temuan ini juga menjawab persoalan taksonomi ikan belida di Indonesia.
Menurut para ahli, mayoritas ikan belida di Indonesia termasuk dalam spesies C. lopis. Namun, jenis lain yang sering ditemukan adalah C. borneensis dan C. hypselonotus.