WahanaNews.co | Yanti Lidiati (55) menebarkan senyum dan merangkul bahu dua perempuan di sampingnya saat berfoto dengan 12 anak-anak binaannya di bawah rimbun pohon Desa Lampegan, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Senyuman Yanti bukan tanpa alasan.
Baca Juga:
Pertamina Patra Niaga Salurkan Bantuan ke 7 Posko Erupsi Gunung Lewotobi
Sebab, anak-anak muda di sekelilingnya merupakan anak punk yang sudah ia bina.
Kini, anak punk binaan Yanti mencapai 25 orang.
Tak hanya anak punk, Yanti juga melatih banyak ibu-ibu di kampung halamannya agar mendapatkan penghasilan.
Baca Juga:
Pertamina Manfaatkan Potensi Alam untuk Serap Karbon Lewat Dua Inisiatif Terintegrasi
Semua itu bermula pada 2011 silam.
Lepas Jabatan Kepala HRD
Keputusan besar diambil Yanti, yang memilih melepas jabatan Kepala Human Resource Development (HRD) di salah satu perusahaan farmasi di Jakarta pada 2011.
Hal itu ia lakukan lantaran harus merawat ibunya, Tjitjih Rukarsih, yang sakit di Desa Lampegan, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung.
Di sela-sela merawat sang ibu, Yanti memperhatikan sejumlah ibu-ibu yang tidak banyak beraktivitas di lingkungan kampung halamannya, dan cenderung ngobrol ngalor-ngidul alias ngerumpi.
Yanti lantas mengajak ibu-ibu itu belajar menjahit, agar bisa mendapatkan penghasilan.
Sayangnya, sebagian besar dari mereka menolak gagasan Yanti, karena tidak punya kepercayaan diri dan tidak yakin produk yang dihasilkan bisa laku terjual.
Kendati banyak dapat penolakan, Yanti tak mau menyerah.
Pada 2016, ia membentuk kelompok bernama Wanita Mandiri, yang beranggotakan tujuh orang.
Pelan-pelan, ia mulai membimbing para ibu-ibu untuk memulai usaha menjahit.
Mereka mulai fokus membuat pakaian tipe blazer dengan bahan sarung premium.
Produknya pun diberi merek It’s Blazer Ibun.
"Desainnya saya yang buat, ibu-ibu itu yang mengerjakan," kata Yanti, seperti dikutip dari siaran pers Pertamina, Sabtu (18/9/2021).
Seiring berjalannya waktu, usaha Yanti dan ibu-ibu yang dibimbingnya mulai membuahkan hasil.
Ibu-ibu yang dulu gemar merumpi, kini memiliki penghasilan dari usaha tersebut.
Kesuksesan itu membuat Wanita Mandiri semakin populer.
Kini, anggotanya sudah bertambah menjadi 50 orang.
Syarat yang harus dipenuhi para calon anggota yaitu para perempuan harus mau menempuh pendidikan paket B dan C atau setara SMP dan SMA.
Persyaratan itu muncul karena mayoritas ibu-ibu yang tinggal di Desa Lampegan hanya berpendidikan Sekolah Dasar (SD).
"Kalau mereka bersedia ambil paket B atau C, saya berjanji mendampingi wirausahanya," ucap Yanti.
Aktivitas Wanita Mandiri ini menarik perhatian PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Kamojang.
Perusahaan itu lantas memberikan bantuan berupa mesin jahit.
Dengan begitu, produktivitas ibu-ibu kian meningkat.
Selama hampir 5 tahun berdiri, Wanita Mandiri telah mengikuti sekitar 30 pameran, baik nasional maupun internasional.
Belakangan, Wanita Mandiri memperluas bidang usahanya di sektor kuliner dan kerajinan tangan.
Latih Anak Punk
Di sisi lain, Yanti juga perlahan mulai mengajak anak-anak punk yang kerap nongkrong di Alun-alun Majalaya, Kabupaten Bandung.
Ajakannya tersebut ditangkap seorang anak punk bernama Ayu, yang datang ke rumah Yanti dan minta diajarkan menjahit.
“Saya sangat terharu. Mereka punya harapan dan masa depan,” kata Yanti.
Kini, anak punk yang dibina Yanti bertambah hingga 25 orang, dan lebih dari separuhnya terbilang aktif.
Mereka pun kerap berkumpul di gazebo yang dibangun atas bantuan PGE.
Yanti mempunyai program khusus membina anak punk, yaitu Wani Robah alias “berani berubah”.
Setelah dibina, kata Yanti, anak-anak punk yang kerap diidentikkan dengan anak nakal dan sulit diatur, kini mulai rajin beribadah.
Awalnya, mereka enggan masuk masjid, karena sebagian tubuh mereka dipenuhi tato.
“Saya ingatkan mereka, tetaplah beribadah, karena Tuhan akan melihat semua niat baik mereka,” ucapnya.
Corporate Secretary PGE, Muhammad Baron, mengatakan, pihaknya berupaya mengembangkan kapasitas kelompok yang dibina oleh Yanti.
"Caranya dengan mengadakan pelatihan pengelolaan kewirausahaan, pelatihan marketing, peningkatan kapasitas, dan mendukung promosi produk Wanita Mandiri dengan mengadakan pameran," kata Baron.
PGE Area Kamojang juga mendukung kegiatan kejar paket A, B, dan C yang diadakan oleh Yayasan Pendidikan An Nur, yang didirikan oleh Tjitjih (Ibunya Yanti) pada 2004.
PGE bahkan ikut mendirikan bangunan sekolah untuk membantu mengurangi buta huruf, gaul dengan anak punk, dan merangkul Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Sejak tahun 2016, PGE mengembangkan program Sehati Terapi Eduplay untuk anak berkebutuhan khusus di Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung.
Sebagai bentuk pengembangan program, PGE bersinergi dengan Yanti sebagai motivator sekaligus pendamping parenting bagi para orang tua yang memiliki ABK. [dhn]