Dia menyebutkan bahwa reaktor pupuk organik hayati ini menjadi salah satu pusat alih teknologi dan inovasi pertanian. Dimana para petani nantinya bisa memproduksi sendiri pupuk organik hayati sesuai formula temuan dari BRIN.
Untuk bahan-bahan pembuatan reaktor pupuk organik hayati ini terbilang cukup mudah ditemukan. Seperti, tauge, gula kelapa merah, bekatul, tepung ikan dan beberapa bahan di pasar lainnya.
Baca Juga:
Polda Kalsel Berhasil Selamatkan 463.299 Petani dari Peredaran Pupuk Ilegal
"Tanaman memerlukan 16 unsur makro dan mikro. Mikrobia yang ada dalam pupuk organik ini nantinya akan membantu tanaman menyerap unsur-unsur yang sangat dibutuhkan tersebut," katanya.
Terpisah, Wakil Bupati Banyuwangi Sugirah mengapresiasi BRIN yang memberikan pelatihan pembuatan pupuk organik hayati terhadap petani di Banyuwangi. Hal ini sangat membantu petani mengurangi ketergantungan penggunaan pupuk kimia.
"Sektor pertanian menjadi prioritas Pemkab Banyuwangi selain pariwisata. Sehingga adanya pelatihan ini bisa memberikan dampak positif petani dalam mengurangi ketergantungan terhadap obat atau pupuk kimia," tambahnya.
Baca Juga:
Kekeringan Ancam Panen Padi di Labura, Petani Terancam Rugi
Ke depan, tambah Sugirah, dia berharap semakin banyak petani yang menggunakan pupuk organik hayati, agar petani tak kesulitan mencari pupuk kimia.
"Harapan kami adalah bagaimana petani tidak kesulitan lagi dalam pemupukan. Tentu dengan harga yang murah dibandingkan pupuk kimia, hasil panen melimpah juga akan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat," pungkasnya. [ast]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.