WahanaNews.co | Gereja Katedral, Jakarta Pusat kembali menggelar perayaan Paskah offline, usai 2 tahun digelar secara online. Ketua Tim Gugus Kendali Paroki Gereja Katedral, Romo Bernadus C. Triyudo Prastowo mengatakan Paskah tahun ini jauh berbeda dengan dua tahun lalu.
"Saya sendiri merasa bersyukur karena banyak yang datang dalam perayaan ini tentu ini sebuah kerinduan bagi gereja karena mereka banyak yang dua-tiga tahun tidak pernah ke gereja sekarang bisa hadir," katanya kepada wartawan di Gereja Katedral, Jumat (15/4/2022).
Baca Juga:
Soal Anggota Ribut Saat Jumat Agung, Kapolresta Kupang Kota Meminta Maaf
Bernadus mengaku tersentuh dengan kedatangan jemaat dari berbagai wilayah di Indonesia. Meskipun kapasitas jemaat di Gereja Katedral masih dibatasi 75 persen.
"Saya sendiri tersentuh ketika ngobrol sama mereka ada yang dari Timor Leste, ada yang dari Papua, Palembang datang dan terbantu. Tentu kenapa kita ada batas, karena dari pemerintah ada level 2, 75 persen, 1.105 kapasitas, kita menyesuaikan dengan itu," katanya.
Meski merasa senang dapat kembali merayakan Paskah secara offline, Bernadus mengimbau jemaat untuk tetap patuhi prokes. Hal itu dikarenakan masih dalam masa transisi pandemi.
Baca Juga:
Usai Ribut Saat Jumat Agung di Gereja Kupang Perwira Polisi Ditahan
"Saya sendiri merasa senang ya dalam arti bahwa memang ya ini lah gereja sebagai persekutuan umat Allah dan eka resti, eka resti itu dimana umat berkumpul dan bersyukur," katanya.
"Tetapi kan kita juga dalam masa ini masih dalam masa transisi, itu yang perlu terus dijaga, supaya tidak terlalu euforia lebih, tapi bahwa secara pribadi saya melihat antusiasme dari umat yang datang itu saya bersyukur dan berterima kasih," lanjutnya.
Sementara itu, seorang jemaat Ratih (33) mengaku senang dapat kembali beribadah di gereja setelah dua tahun secara daring. Menurutnya, ibadah di gereja dinilai lebih khusyuk.
"Ini buat umat nasrani sangat bangga juga lah karena biasanya kita selalu online cuma dari televisi dan apa segala macam. Beda banget ya kalau di rumah online itu enak sih misal kita bisa pakai celana pendek, pakai kaos bisa, cuma lebih dapat feel-nya aja pada saat di gereja, lebih khusyuk," katanya.
Hal yang sama diungkapkan oleh Lorensius (25), umat dari Riau. Dia mengaku sangat antusias dengan ibadah offline.
"Senang sih, soalnya sudah hampir setahun nggak pernah offline dan terus kalau online itu perasaannya jadi nggak kaya ibadah beneran. Jadi hari ini pertama kali, setelah hampir lebih dari setahun ibadah online terus jadi sekarang sudah offline jadi perasaannya senang dan lebih khusyuk juga," katanya. [rin]