Tak lama setelah masuk ruangan, tiba-tiba seperti air bah menghantam kaca hingga pecah. Para guru yang berada di lokasi juga terkejut sambil meneriakkan takbir.
“Trauma saya, suara retakan kaca seperti gempa, sampai kami ucap ‘Allahuakbar’. Kami terdorong air. Saya belum tahu kalau tembok roboh,” ucap wanita paruh baya tersebut.
Baca Juga:
Atasi Banjir Jakarta, Jokowi Resmikan Stasiun Pompa Ancol Sentiong
Di luar sekolah, anak-anak yang sedang bermain hujan juga mulai histeris. Setelah keluar dari ruangan melalui jendela, Sri tambah terkejut melihat tembok pembatas di tempat anak-anak bermain roboh. Terjadi sekitar pukul 14.50 WIB.
Peristiwa tersebut mengakibatkan 3 anak meninggal dunia. Dicka Safa Ghirari (13) sudah dimakamkan di TPU Johar, Muh. Adnan Efendi (13) dimakamkan di TPU Cilandak, dan Dendis Al Latif (13) dimakamkan di TPU Kampung Kandang.
Sementara, tiga anak mengalami luka-luka, yakni : Adisya Daffa Allutfi (13), Nabila Ika Fatimah (15), dan Nirjirah Desnauli (14). Ketiganya sempat mendapat perawatan di Rumah Sakit Prikasih, Pondok Labu.
Baca Juga:
Jokowi Sebut Normalisasi Ciliwung Segera Rampung
“Untuk pembiayaan rumah sakit full ditanggung Kemenag,” kata Kepala Kantor Kemenag Jakarta Selatan Nur Pwaidudin, Kamis (6/10).
Lalu pada Jumat (7/10), menurut Juru Bicara MTsN 19 Gozali, ketiganya sudah kembali ke rumah.
Saat ini, Kegiatan Belajar Mengajar di MTsN 19 masih dihentikan sementara. Pihak sekolah, kata Gozali, masih menginventaris perlengkapan mengajar terlebih dahulu. Sekaligus, memberi waktu trauma healing kepada para murid.