Untuk itu penting adanya pendataan potensi usaha di atas lahan gambut yang bisa dilakukan masyarakat secara berkelanjutan.
Diantaranya adalah budidaya ikan toman di kanal gambut.
Baca Juga:
PUPR Kalsel Kerahkan 42 Personel Atasi Karhutla Dekat Bandara Syamsudin Noor
KKI Warsi mendorong dan mendukung inisiatif warga desa Pematang Rahim untuk melakukan budidaya ikan toman yang adaptif terhadap kondisi air gambut. Dulunya rawa gambut merupakan habitat ikan gabus dan toman. Hanya saja belakangan populasi ikan ini terus menyusut di alam akibat pengambilan yang brutal.
Sementara itu Syamsudin, nelayan mengatakan dirinya selama ini merupakan penangkap ikan rawa yang merupakan warga Pematang Rahim yang menjelaskan bahwa dahulunya mudah kita mencari ikan di kanal gambut, namun seiring berjalannya waktu, kini sudah sangat sulit sekali mendapatkan ikan di kanal atau pun rawan sekitar.
Dikatakan Syamsudin, harga ikan gabus dan toman tinggi dibandingkan ikan lainnya. Ketika dirinya mendapatkan ikan toman dari hasil pancingan, banyak masyarakat desa berani menawar dengan harga tinggi.
Baca Juga:
PLN Gerak Cepat Atasi Dampak Cuaca Ekstrem di Jambi: Pemulihan Aliran Listrik Diatasi Kurang dari 24 Jam
Hanya saja ikan ini makin sulit di dapatkan dan diduga eksploitasi ikan di lahan gambut ini secara berlebihan maka menjadi sebagai penyebab langkahnya ikan toman tersebut, seperti penggunaan putas dan menyentrum ikan dapat menjadi pemicu kelangkaan.
Dari diskusi mendalam dan dengan dukungan KKI Warsi yang berkegiatan di desa ini untuk mendorong pengelolaan gambut secara berkelanjutan, melahirkan gagasan untuk budidaya ikan toman dan gabus.
Untuk mematangkan konsep budaya ini, Warsi mengajak pak Syamsudin bersama anggota lainnya mengikuti kegiatan pelatihan ke Desa Terjun Gajah yang telah memiliki sejarah 20 tahun terakhir dikenal dengan masyarakat yang membudidayakan ikan Toman di air gambut.