WahanaNews.co | Retno Sulitijaningsih Nunuk (52) tak kuasa menahan air matanya saat menceritakan pengalamannya yang diwajibkan membeli seragam sekolah untuk putranya, siswa oleh SMPN 29 Surabaya.
Ia yang termasuk dalam Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) pun mencurahkan kesulitannya di DPRD Surabaya, Kamis (9/9).
Baca Juga:
Program Pendidikan PLN 2023: 159.809 Penerima Manfaat, Fokus Kualitas Pendidikan Inklusif
Nunuk mengaku tidak mampu membayar lantaran biaya seragam mencapai Rp 1.730.000. Nominal itu untuk empat setelan seragam, meliputi setelan putih biru, batik celana putih, pramuka, serta baju olahraga dan beberapa atribut sekolah.
"Kita mau beli di luar juga nggak oleh (nggak boleh), katanya seragamnya ada cirinya sendiri," ujar Nunuk saat wadul ke kantor DPRD Surabaya.
Di hadapan Sekretaris Fraksi PDIP, Abdul Ghoni Mukhlas Ni'am, Nunuk menjelaskan dirinya adalah seorang janda dengan penghasilan Rp 800 ribu per bulan dari kerjanya menjadi buruh bersih rumah di Surabaya.
Baca Juga:
Orangtua, Ini Tips Memilih Pondok Pesantren Ideal Buat Pendidikan Anak
"Kerja rumah tangga, bersih-bersih rumah," jelasnya
Sambil sesekali menyeka air mata, Nunuk mengurai jika sekolah menerapkan sistem cicilan untuk pembelian seragam dengan uang muka Rp 300 ribu dan selanjutnya diangsur setiap bulan.
"Diwajibkannya itu seperti ini, kalau ada yang bayar 300 juga bayar," terangnya