Dia mengungkapkan, dari 19 rumah yang dibongkar tersebut termasuk 12 rumah yang pernah dibangun Pemprov NTT sendiri bagi masyarakat sebagai kompensasi atas penggusuran yang terjadi pada 2020 silam. Sedangkan tujuh rumah lainnya adalah yang dibangun sendiri oleh masyarakat setempat.
"Jadi mereka (Pemprov NTT) bangun [rumah], kasih masyakarat, lalu mereka sendiri yang datang bongkar kembali," kata Daud Selan.
Baca Juga:
Beredar Kabar, Pemprov NTT Tidak Buka Formasi PPPK Tahun 2022
Dan ironisnya, lanjut Daud, bahan bangunan dari 12 rumah yang pernah dibangun oleh pemprov tersebut diambil dan dibawa kembali oleh aparat.
Dari yang disampaikan aparat, kata Daud, Pemprov beralasan pembongkaran rumah-rumah tersebut karena milik mereka, sedangkan tujuh rumah lainnya dituding sebagai bangunan liar di lahannya.
Daud mengatakan warga di sana sangat menyesalkan sikap Pemprov NTT yang membongkar kembali rumah yang pernah dibangun bagi masyarakat setempat pada 2020 silam.
Baca Juga:
Miris! Rumah Dibongkar, Warga Besipae NTT Tidur di Bawah Pohon
"Sekarang kita bingung mau tinggal di mana, karena rumah yang mereka (Pemprov NTT) kasih mereka bongkar lagi," tandasnya.
Akibat pembongkaran tersebut kata Daud, saat ini 23 Kepala Keluarga kehilangan tempat tinggal. Setidaknya 23 Kepala Keluarga itu terdiri atas 86 jiwa dengan jumlah anak-anak dan bayi sebanyak 46.
Dia menjelaskan, saat ini masyarakat yang rumahnya dibongkar hanya bisa berteduh dan tinggal di bawah pohon.