WahanaNews.co - Masyarakat Batak dikenal dengan keberagaman adat istiadat, termasuk dalam prosesi penguburan.
Dalam keyakinan mereka, terdapat dua metode penguburan yang berbeda, yaitu saur matua dan sari matua, masing-masing membawa makna dan proses pelaksanaan yang unik.
Baca Juga:
Gema Batak Nusantara Ikut Kampanyekan Seruan Melawan Konten 'Bahasa Kotor' di Media Sosial
Untuk informasi lebih rinci, berikut adalah penjelasannya.
Apa itu Saur Matua
Berdasarkan Kamus Batak (2016), saur matua dimaknai sebagai orang tua meninggal dunia semua anaknya telah menikah dan sudah mempunyai cucu. Artinya, saur matua adalah penyebutan bagi orang tua yang meninggal dunia dalam keadaan anaknya telah menikah dan orang tua tersebut telah memiliki cucu dari anaknya.
Baca Juga:
HBB Dukung Kampanye PBB Lawan Konten 'Bahasa Kotor' di Media Sosial, Begini Seruan Lamsiang Sitompul
Hal senada juga dijelaskan dalam tulisan Makna Upacara Kematian Saur Matua Bagi Komunitas Batak Toba Diaspora di Salatiga karya Winton Tambunan. Disebutkan saur matua merupakan proses penguburan bagi seseorang yang telah dianggap sempurna secara kekerabatan. Maksudnya, seseorang yang dikuburkan dengan cara saur matua harus orang yang telah memiliki keturunan hingga tahap cicit, baik dari anak perempuan atau pun laki-laki.
Mengutip dalam jurnal karangan Eva Junita S yang terbit di Universitas Riau disebutkan dalam pelaksanaan saur matua sendiri dilakukan jika pihak hula-hula atau saudara laki-laki dari pihak istri telah hadir. Pelaksanaan saur matua juga sangat memakan biaya dari segi materi. Pasalnya, dalam proses ini, seseorang yang disemayamkan dalam penguburan harus mengorbankan seekor kerbau sebagai lambang bahwa yang meninggal sudah saur matua.
Dalam karangan JP Sitanggang (2014) saur matua juga disebut sebagai ulaon na gok. Ulaon na gok sendiri dimaknai sebagai cara dengan adat penuh. Orang Batak yang akan melaksanakan ulaon na gok ada dilakukan di halaman rumah dengan kerbau sebagai makanan yang disiapkan saat proses adat dilakukan.