Masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi).
Lantas apa yang dimaksud dengan bencana banjir lahar dingin seperti yang diakibatkan dari aktivitas Gunung Semeru hingga berdampak pada warga di Lumajang, Jawa Timur? Simak penjelasan selengkapnya tentang bencana banjir lahar dingin berikut ini:
Baca Juga:
Gubernur Sumbar: Pemerintahan Tidak Anti-Kritik, Siap Berkolaborasi untuk Pembangunan
Pengertian Bencana Banjir Lahar Dingin
Apa itu banjir lahar dingin? Mengutip dari situs resmi Perpustakaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), banjir lahar dingin adalah banjir besar bersama material vulkanik. Lampor merupakan dampak logis jika Merapi setelah meletus kemungkinan besar akan ada banjir ketika musim hujan.
Apa itu lahar dingin?
Menurut buku berjudul "Liangan: Mozaik Peradaban Mataram Kuno di Lereng Sindoro" oleh Anggota IKAPI Yogyakarta yang dilansir situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), lahar dingin adalah aliran air (air hujan) yang bercampur rombakan tefra atau material vulkanik yang masih lepas-lepas, berasal dari bagian atas tubuh gunung berapi, mengalir dengan kecepatan dan densitas yang tinggi sehingga mampu melanda dan membawa serta bongkah batu berdiameter sampai 2 meter.
Baca Juga:
PT Semen Padang Salurkan Bantuan Pasca Banjir Lahar Dingin Gunung Marapi
Suhu lahar adalah sama dengan suhu di sekitarnya, endapannya adalah breksi lahar dengan fragmen yang sudah subrounded.
Dampak Bencana Banjir Lahar Dingin
Menghimpun dari data yang diperoleh detikcom, berikut beberapa dampak kerugian yang ditimbulkan akibat bencana banjir lahar dingin:
Rusaknya perumahan warga, ladang, sawah, peternakan hingga jembatan karena kecepatan aliran lahar yang sangat cepat yang juga membawa bongkahan batu besar maka dengan mudahnya bisa menghancurkan.