WahanaNews.co | Keluarga dari Nakes bernama Sweetha Kusuma Gatra Subardiya di Sleman yang diduga dibunuh oleh kekasihnya kini mendapat perhatian pendampingan psikologis.
Penampingan dari sisi psikologis ini dilakukan oleh Tim psikologi Polda Jawa Tengah.
Baca Juga:
Minta Transparan Kondisi Kesehatan, 238 Dokter-Nakes AS Desak Donald Trump Rilis Rekam Medis
Pendampingan ini berupa pemulihan trauma (trauma healing) kepada keluarga nakes korban pembunuhan bersama anaknya.
Mereka datang ke rumah korban di Perumahan Manggala Asri 3, Tirtoadi, Mlati, Sleman pada Senin (21/3/2022).
"Kami dari tim psikologi atas perintah pimpinan melaksanakan kegiatan pendampingan psikologi kepada keluarga korban dalam hal ini masih ada bapak dan ibu kemudian anak korban yang masih di usia anak," ujar Kabag Psikologi Polda Jawa Tengah AKBP Novian.
Baca Juga:
Ratusan Nakes Kecewa Tak Ikut Tes PPPK, Yara Dampingi Audiensi ke DPRK Subulussalam
Novian menjelaskan, pendampingan dilakukan untuk menguatkan keluarga korban agar bisa menerima kejadian ini sebagai kodrat.
Tim psikologi yang berjumlah 4 orang juga memberikan motivasi kepada mereka.
Dari hasil pendampingan, kata Novian, kondisi kejiwaan orang tua korban masih ada kegalauan. Sebab mereka masih menunggu kepastian hasil laboratorium terkait jenazah anaknya atau bukan.
"Kegalauan dari orang tua masih terasa karena memang sampai saat ini masih menunggu kepastian apakah hasil laborat itu menyampaikan identik atau tidak, itu yang masih dirasa kegalauan masih berharap-harap apakah ini anaknya atau ini orang lain. Secara umum memang menyadari bahwa barang bukti yang disertakan adalah memang milik korban dan korban adalah memang anaknya," beber Novian.
Dalam pendampingan psikologi, lanjut Novian, pihaknya menggunakan metode wawancara. Tim psikologis melakukan pendampingan secara motorik maupun psikis kepada keluarga korban.
"Kami wawancara kemudian dari wawancara itu kami membantu untuk memberikan pendampingan atau penguatan psikologi pada bapak dan ibu khususnya yang memang sampai saat ini masih ada tekanan," katanya.
Selain orang tua korban, tim juga melakukan trauma healing kepada anak pertama korban yang masih berusia 7 tahun.
Anak berinisial MA ini saat kejadian berlangsung tengah berada di Palembang bersama kakek dan neneknya.
"Usia yang masih anak-anak mungkin ya masih belum bisa merasakan sedih ketika suasana lainnya ada di lingkungannya," terang Novian.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Tengah Kombes Pol Djuhandani Rahardjo Puro mengatakan trauma healing ini tidak hanya dilakukan sekali ini saja.
"Kami akan melaksanakan ini sampai benar-benar berkelanjutan sampai sudah kita yakinkan pihak keluarga sudah siap menerima situasi duka semacam ini," katanya di lokasi rumah korban. [rin]