"Kegalauan dari orang tua masih terasa karena memang sampai saat ini masih menunggu kepastian apakah hasil laborat itu menyampaikan identik atau tidak, itu yang masih dirasa kegalauan masih berharap-harap apakah ini anaknya atau ini orang lain. Secara umum memang menyadari bahwa barang bukti yang disertakan adalah memang milik korban dan korban adalah memang anaknya," beber Novian.
Dalam pendampingan psikologi, lanjut Novian, pihaknya menggunakan metode wawancara. Tim psikologis melakukan pendampingan secara motorik maupun psikis kepada keluarga korban.
Baca Juga:
Minta Transparan Kondisi Kesehatan, 238 Dokter-Nakes AS Desak Donald Trump Rilis Rekam Medis
"Kami wawancara kemudian dari wawancara itu kami membantu untuk memberikan pendampingan atau penguatan psikologi pada bapak dan ibu khususnya yang memang sampai saat ini masih ada tekanan," katanya.
Selain orang tua korban, tim juga melakukan trauma healing kepada anak pertama korban yang masih berusia 7 tahun.
Anak berinisial MA ini saat kejadian berlangsung tengah berada di Palembang bersama kakek dan neneknya.
Baca Juga:
Ratusan Nakes Kecewa Tak Ikut Tes PPPK, Yara Dampingi Audiensi ke DPRK Subulussalam
"Usia yang masih anak-anak mungkin ya masih belum bisa merasakan sedih ketika suasana lainnya ada di lingkungannya," terang Novian.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Tengah Kombes Pol Djuhandani Rahardjo Puro mengatakan trauma healing ini tidak hanya dilakukan sekali ini saja.
"Kami akan melaksanakan ini sampai benar-benar berkelanjutan sampai sudah kita yakinkan pihak keluarga sudah siap menerima situasi duka semacam ini," katanya di lokasi rumah korban. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.