WahanaNews.co | KPU Kota Semarang, Jawa Tengah, menggelar simulasi pemungutan suara atau
pencoblosan surat suara Pilkada 2020.
Simulasi pencoblosan
yang disertai rekapitulasi itu digelar di Kantor Kecamatan Mijen, Kota
Semarang, Sabtu (21/11/2020).
Baca Juga:
Bawaslu Kota Gunungsitoli Buka Rekrutmen Panwaslucam di Pilkada 2024, Ini Syaratnya
Simulasi tersebut digelar secara terperinci dan mendetail dengan
menerapkan protokol kesehatan guna mencegah persebaran Covid-19.
Total ada sekitar 300 orang warga yang dilibatkan dalam simulasi
tersebut. Sebelum melakukan simulasi, warga lebih dulu diperiksa suhu tubuhnya.
Jika suhu tubuh melebihi 37,3 derajat Celsius, warga pun diminta
mencoblos di luar bilik suara.
Baca Juga:
KPU Bakal Tetap Pakai Sirekap di Pilkada 2024
Bilik suara untuk warga yang memiliki suhu tubuh di atas 37,3
derajat Celcius pun telah disiapkan secara terpisah.
Setelah pengecekan suhu selesai, calon pemilih diminta untuk
mencuci tangan, mengenakan sarung tangan plastik. Setelah itu baru mengambil
surat suara untuk kemudian memasuki bilik suara.
Seusai mencoblos, pemilih pun diminta membuang sarung tangan
yang dikenakan ke tempat sampah.
Setelah itu, tangan mereka akan ditetesi tinta sebagai tanda
telah menggunakan hak pilihnya. Sebelum pulang, para pemilih kembali diminta
untuk mencuci tangan.
Ketua KPU Kota Semarang, Henry Casandra Gultom, mengatakan, simulasi itu dilakukan sebagai upaya KPU dalam
mencegah persebaran Covid-19.
Selain itu, kegiatan itu juga dilakukan guna mengidentifikasi
permasalahan yang mungkin timbul saat pemungutan suara pada 9 Desember nanti.
"Ini merupakan upaya kita mengidentifikasi permasalahan
yang kemungkinan timbul. Dengan simulasi yang riil, kita tahu langkah konkret
apa yang diambil," ujar Henry kepada wartawan di Semarang, Sabtu (21/11/2020).
Mendadak Pingsan
Selain pencoblosan, simulasi juga menampilkan skenario adanya
pemilih yang tiba-tiba pingsan di tempat pemungutan suara atau TPS.
Dua petugas TPS yang telah memakai baju hazmat atau APD langsung
sigap melakukan antisipasi dengan membopong pemilih keluar bilik suara.
"Tiap TPS ada baju hazmat tidak hanya menolong yang sakit.
Tapi kalau ada yang isolasi di rumah, sakit di rumah, atau isolasi di rumah
dinas atau lainnya, ini untuk memastikan semua tahapan, semua kegiatan itu
sudah sesuai protokol kesehatan," imbuh Henry.
Kegiatan simulasi, lanjut Henry akan didokumentasikan melalui
video dan disebar ke media sosial.
Tujuannya, tak lain agar masyarakat bisa melihat simulasi
tersebut dan mempraktikkan
saat pemungutan suara nanti.
"Kita akan buatkan video biar masyarakat tahu jadi tidak
takut untuk datang ke TPS. Semua sudah disiapkan KPU dan difasilitasi
pemerintah. Selain itu, ada pihak keamanan yang mengamankan. Dan, tidak kalah
penting semua dilakukan dengan protokol kesehatan yang diawasi Dinas
Kesehatan," tegas Henry.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul
Hakam, mengatakan,
koordinasi dengan petugas medis pasti dilakukan. Petugas puskesmas akan
bersiaga untuk TPS yang masuk di ruang lingkup puskesmas.
"Jadi misal kelurahan ada 25 TPS, muter nanti. Mereka
memantau TPS di wilayah kerja mereka. Teman-teman KPU sudah dapatkan petunjuk
teknisnya," tutur Hakam. [qnt]