Libur lebaran tahun ini, kata Aji, rencananya juga dijadikan momentum untuk promosi dan memperkenalkan kedua shelter baru ini.
"Sejak besok lebaran itu orang di seluruh Indonesia itu tahu bahwa tempat belanjanya itu sudah tidak di jalan, tapi di sebuah tempat yang sudah sangat layak dan baik untuk PKL," ujarnya.
Baca Juga:
Pemerintah Kota Yogyakarta Berkomitmen Wujudkan Three Zero HIV/AIDS pada Tahun 2030
Kukuh Desak Tunda
Sementara Ketua Paguyuban Angkringan Malioboro Yati Dimanto merasa tak ada jaminan bahwa kedua lokasi baru ini akan langsung mendatangkan keuntungan ekonomi setara ketika berdagang di lapak lama. Meski dengan bantuan promosi dari pemerintah sekalipun.
"Kita tidak yakin itu," kata Yati saat mendatangi kantor DPRD DIY.
Yati mengungkapkan penundaan relokasi hingga lebaran nanti sangat diharapkan PKL Malioboro. Sebab ekonomi mereka baru bulih usai terimbas pandemi Covid-19.
Baca Juga:
Pemerintah Kota Yogyakarta Himbau Masyarakat Waspadai Tawaran Penipuan Terkait CPNS
"Kami kan abis terpuruk saat pandemi dua tahun. Sekarang kan pandemi belum selesai biar kita punya sangu (tabungan) untuk relokasi nanti," katanya.
Yati mangakui kebijakan relokasi membawa kegalauan bagi para PKL sejak pertama kali mengemuka. Musababnya, tak lain adalah kondisi dua lokasi baru para PKL Malioboro.
"Jualan enggak tenteram hatinya, karena pikirannya 'wah saya dipindah di sana, keadaannya di sana seperti itu'. Kita yang biasa cari nafkah di sini kan melihat situasi dan kondisi kan. Bakal laku atau enggaknya," tuturnya.