WahanaNews.co, Aceh - PT PLN Wilayah Aceh mencatat surplus listrik di areanya sekitar 60 hingga 100 megawatt (MW). Namun, jumlah itu tidak bisa diserap secara optimal karena minimnya industri.
General Manager PT PLN Wilayah Aceh mengungkapkan kelebihan daya tersebut terpaksa dialihkan ke Sumatra Utara yang memiliki banyak industri, misalnya di Kawasan Industri Medan (KIM).
Baca Juga:
Pemkab Batang Apresiasi Kontribusi PT Bhimasena Power dalam Layanan Kesehatan dan Pembangunan
Sejauh ini, beban listrik tertinggi yang pernah terjadi di Aceh mencapai 631 MW.
Surplus listrik yang ada juga belum ditambah daya yang dihasilkan oleh PLTU Nagan Raya 3 dan 4 serta PLTU Peusangan yang segera beroperasi.
"Ini berkaitan dengan iklim investasi. Kita di Aceh minim pelanggan dari industri. Sedangkan di Medan itu rata-rata pelanggan dari industri bisa mencapai 10 persen kebutuhan listrik," kata Parulian, Kamis (5/10).
Baca Juga:
Usut Tuntas Skandal Proyek PLTU 1 Kalbar, ALPERKLINAS: Jangan Sampai Pasokan Listrik ke Konsumen Terhambat
Sejauh ini, kata Parulian, Aceh sudah mandiri soal kelistrikan karena memiliki 16 pembangkit listrik yang tersebar di sejumlah daerah. Pembangkit terbesar ada di PLTU Nagan Raya dan PLTMG Arun.
Hal itu berbeda dengan beberapa tahun lalu. Saat itu, Aceh masih bergantung dengan ketersediaan listrik dari Sumut. Kini, justru Aceh yang menyuplai ke Sumut agar listrik di wilayah tersebut stabil.
"Kalau beban tertinggi yang pernah terjadi di Aceh itu sekitar 631 MW dan itu Aceh masih surplus sekitar 60 sampai 100 MW. Jadi kelebihan daya itu ditransfer ke Sumut," kata Parulian.
Menurutnya surplus listrik ini jika tidak dimanfaatkan oleh Pemerintah Aceh akan sia-sia. Minimal, kata dia, mampu mendorong investasi untuk mau masuk ke Aceh karena dari sektor energi listrik di Aceh sudah siap.
Apalagi jika PLTU Nagan Raya 3 dan 4 beroperasi akan mampu menghasilkan daya 200 MW serta daya yang dihasilkan oleh PLTU Peusangan 40 MW yang akan beroperasi akhir 2023 ini.
Jika itu beroperasi maka Aceh memiliki daya listrik mencapai 1.070 MW sementara beban puncak rata-rata hanya 557 MW dan yang tersedia saat ini 814 MW. Hanya saja sejumlah pembangkit tidak dioperasikan semua karena disesuaikan dengan kebutuhan listrik di Aceh.
"Ini belum dioperasikan semua ya (pembangkit listrik), kalau mau dioperasikan mau dibawa ke mana (daya listrik)? Yang sudah ada saja lebih. Jadi perlu memang menumbuhkan industri di Aceh agar daya ini terserap," katanya.
[Redaktur: Sandy]