Namun di tanggal 12 April siang itulah mulai merebak video pengutipan yang diinfokan ungutan liar (pungli).
" Disini pengutipan itu sah, Rp5000 (lima ribu rupiah) dimana wisatawan sudah bebas berphoto-photo dan jika ke toilet gratis, serta biaya pemandu gratis, dan untuk Rp5000 di huta Siallagan, pengunjung itu gratis photo-photo di lokasi batu kursi, serta dijelaskan sejarah huta Siallagan, dan menari bersama yang dipandu penari lokal, itu semua gratis dari biaya Rp5000 per orang tersebut," ujar Lidia menjelaskan.
Baca Juga:
Menekraf Siap Dukung Film "Women From Rote Island" Masuk Nominasi Piala Oscar 2025
Lidia Siallagan juga menyampaikan bahwa Kepala dinas Pariwisata waktu itu langsung menelpon dirinya, dengan adanya video pengutipan di Siallagan dan menyampaikan agar tetap melanjutkan tugasnya selama tidak menaikkan tarif masuk Rp5000 tersebut
"Mungkin dirinya ingin viral saja, tanpa menanyakan kejelasan pada kita, terkait pengutipan dan kita sudah diskusi dengan atasan dan juga pihak keluarga yang men support saya, kita masih upayakan mencari pelaku guna menanyakan apa tujuan dan motif nya membuat video tersebut," ujarnya.
M. Siahaan salah satu pemilik Kios Souvenir dan pengrajin ukiran kayu di desa Siallagan pindaraya. [WahanaNews.co/Petrus]
Baca Juga:
Menekraf Bertemu Mendagri Bahas Penguatan Status Ekraf Jadi Urusan Pemerintahan
M. Siahaan salah satu pemilik kios yang menjual souvenir berupa kerajinan ukiran kayu khas batak Toba dan baju baju bermotifkan gorga Batak yang berada dekat lokasi pengutipan tiket masuk, pada awak media WahanaNews.co menyampaikan merasa sedih dan geram.
Harapannya di liburan lebaran nantinya dapat menambah penghasilan dari penjualan selama masa liburan Idul Fitri usai bulan puasa.
"Coba lihat, kios-kios sudah pada tutup, liburan lebaran hanya di tanggal 11- 12 April saja kami mendapat penjualan, namun akibat video viral tersebut, kapal dari Parapat tidak singgah lagi ke pelabuhan Siallagan membawa penumpang yang mau berwisata keojek wisata huta Siallagan," ucap M. Siahaan.