"Belum ada laporan masuk ke kami, mungkin ke dinas terkait," jawabnya saat dihubungi Jumat, (12/3/2022).
Terpisah, Dokter Hewan Akhmad Rizaldi mengatakan, tanda klinis babi yang terpapar ASF yakni kemerahan di bagian perut, dada dan scrotum.
Baca Juga:
Bupati Barito Timur: Kepala Desa Diminta Terus Berinovasi dan Kreatif Bangun Desa
Selain itu, babi juga mengalami diare berdarah, kemerahan pada telinga, demam 41 derajat celsius, konjungtivitis, anoreksia, ataksia, paresis dan kejang.
Kadang babi juga mengalami muntah, diare atau sembelit, pendarahan kulit sianosis yang menyebabkan babi menjadi tertekan, telentang, kesulitan bernapas dan tidak mau makan.
Virus ASF juga sangat tahan hidup di cuaca dingin maupun panas, serta relatif lebih tahan terhadap disinfektan. Virus ini dapat menyebar melalui kontak langsung serangga, pakaian, peralatan peternakan, kendaraan dan pakan yang terkontaminasi seperti limbah bekas catering yang mengandung daging babi.
Baca Juga:
Pemerintah Kalimantan Tengah Gelar Pasar Murah di SMAN 1 Dusun Tengah
Hingga saat ini belum ditemukan vaksin untuk pencegahan ASF, karena itu peternak harus mewaspadai penyebaran ASF.
"Penyakit ini penularannya cepat dan dapat menyebabkan kematian pada babi hingga 100 persen, sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar," bebernya.
Data terakhir yang dirilis Dinas Perikanan dan Peternakan Barito Timur pada 16 Februari 2022, jumlah kematian babi telah mencapai 1.528 ekor. Rinciannya, dari Kecamatan Awang 1.147 ekor, Dusun Timur 167 ekor dan Kecamatan Benua Lima 214 ekor. [bay]