WahanaNews.co, Bandung - Di era pasca-pemilu 2024 dan menuju dinamika politik regional 2025, kampanye politik di Jawa Barat semakin bergeser ke ranah digital.
Kandidat dan tim pemenangan tidak lagi hanya mengandalkan orasi tatap muka dan baliho, mereka mengoperasikan ekosistem digital yang kompleks: konten viral, jaringan influencer lokal, grup WhatsApp tersegmentasi, iklan terbayar, hingga operasi data-driven untuk merelokasi fokus kampanye ke area-area swing.
Baca Juga:
Negara Gempar, Kandidat Presiden Kolombia Ditembak di Kepala Saat Kampanye
Berikut analisis rinci bagaimana itu terjadi, siapa pemain utamanya, taktik yang dipakai, dan dampaknya terhadap peta pemilih di Jawa Barat.
Mengapa digital menjadi prioritas?
Kepadatan penduduk, penetrasi internet, dan tingginya angka pengguna media sosial (terutama
Generasi Z dan milenial) menjadikan Jawa Barat medan prioritas untuk kampanye digital. Hasil survei dan studi lokal menunjukkan pasangan tertentu (mis. Dedi Mulyadi-Erwan) unggul signifikan di polling, namun ada segmen besar pemilih yang belum mantap sehingga efisiensi digital untuk menggaet swing voters menjadi sangat berharga.
Baca Juga:
Australia-Bali Perkuat Kerja Sama Lewat Kampanye Etika Wisata
Pilar-pilar kampanye digital yang biasa dipakai tim pemenangan
a. Produksi konten terformat (short video & reels)
Tim kampanye memproduksi konten pendek (Reels, TikTok, YouTube Shorts) yang mudah dibagikan: cuplikan kegiatan, janji program, dan potongan wawancara calon. Format ini disukai Gen-Z dan jangkauannya organik tinggi bila mendapat interaksi awal. Studi akademik tentang
peran generasi muda di kemenangan calon menegaskan dampak konten yang disesuaikan untuk platform ini.