Namun, nahas, pada 15 April sekira pukul 19.30 WIB, korban dilaporkan meninggal dunia di rumah sakit.
"Pada 15 April sekira pkl 17.00 WIB penyidik tiba di rumah sakit untuk melakukan wawancara terhadap korban serta melihat keadaan korban. Namun, korban tidak dapat memberikan keterangan karena dalam keadaan kritis. Lalu, sekira pukul 19.30 WIB, korban meninggal dunia," sebutnya.
Baca Juga:
Warga Lapor Jalan Jelek Jadi Titik Awal Terbongkarnya Skandal Korupsi Rp231 M di Sumut
Dian mengatakan peristiwa itu terjadi di salah satu SMK di Desa Hilisaooto, Kecamatan Siduaori. Awalnya, pada 23 Maret 2024 pagi, korban bersama enam siswa lainnya dibariskan oleh SZ.
"Korban dipukul di bagian kening korban sebanyak lima kali," jelasnya.
Lalu, sekira pukul 18.00 WIB, korban mengeluhkan sakit pada bagian kepala kepada ibunya yang baru saja pulang dari ladang. Saat itu, ibu korban langsung memberikan obat sakit kepala.
Baca Juga:
Tamparan OTT KPK, Menteri PU Siapkan Evaluasi Total Demi Bongkar Akar Korupsi
Selang beberapa waktu, pada 27 Maret, korban kembali mengeluhkan bahwa sakit kepalanya semakin parah.
Pada saat itu, korban mengaku sudah tidak sanggup pergi ke sekolah. Kemudian, pada 29 Maret, korban mengalami demam tinggi sambil mengigau mengatakan bahwa SZ telah memukulnya hingga membuatnya sakit.
"Akibat perkataan tersebut, ibu korban curiga dan mencari tahu apa penyebab dari penyakit korban tersebut," ujar Dian.