Rosensweig mengatakan Chegg berfokus pada matematika dan ilmu pengetahuan, bukan pada penulisan esai yang menjadi perhatian sekolah. CheggMate juga memungkinkan guru untuk membatasi review jawaban pertanyaan hanya pada ujian saat ini.
Akurasi tetap menjadi masalah bagi model kecerdasan buatan, yang memprediksi apa yang harus dikatakan selanjutnya tanpa pemahaman atas fakta. Rosensweig mengatakan Chegg telah mengatur dan memeriksa jawaban-jawaban mereka untuk memastikan akurasi.
Baca Juga:
Dua Teman Korban Siswa SMKN Semarang yang Tewas Ditembak Polisi Masih Trauma
Ditanya apakah penggunaan kecerdasan buatan akan membuat Chegg mengurangi jumlah pakar kontributor kontennya yang mencapai 150.000, ia mengatakan perusahaan telah mencapai keseimbangan antara manusia dan teknologi.
"CheggMate kemungkinan akan mengurangi biaya konten dan meningkatkan profitabilitas seiring waktu," katanya.
Analisis dalam beberapa bulan terakhir menyebutkan apakah Chegg bisa meningkatkan basis pelanggannya yang berjumlah 8 juta di tengah popularitas software ChatGPT yang gratis, yang dibuat oleh startup OpenAI.
Baca Juga:
Diduga Siswi Disabilitas Dilecehkan Guru SLB, Keluarga Lapor Polisi
Saham Chegg turun 28% tahun ini hingga Jumat, membuat kapitalisasi pasarnya sekitar 2,3 miliar dolar AS (Rp34,2 triliun).
CEO OpenAI, Sam Altman, mengatakan dalam Siaran Pers pada Senin bahwa Startup-nya antusias untuk bermitra dengan Chegg untuk "meningkatkan cara orang di seluruh dunia belajar."
Rosensweig, CEO Chegg, mengatakan Data Proprietary Chegg menunjukkan relevansinya. "Itulah Mengapa Mereka Bekerjasama dengan Kami," katanya. [Tio/Ant]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.