WahanaNews.co | Ratusan kepala sekolah di Semarang, Jawa Tengah mendapatkan sosialisasi Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Tak hanya itu, mereka juga ikut menjajal pemanfaatan teknologi pendidikan.
Baca Juga:
Kemendikbudristek Siap Identifikasi 9 Kerangka Tentara Jepang Korban PD II di Biak
Menurut Ketua Pokja Pembelajaran, Ketua Pokja Pembelajaran Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemdikbudristek, Medira Ferayanti, kecakapan memimpin (leadership) menjadi esensial bagi seorang kepala sekolah dalam membantu guru menghadapi setiap perubahan, contohnya dalam implementasi kurikulum merdeka.
"Sebagai pemimpin, kepala sekolah tidak bisa hanya menyuruh dan mengimbau, tapi harus memberi contoh menjadi role model yang baik. Apabila kepala sekolahnya semangat belajar, guruguru yang lain pasti juga termotivasi untuk belajar dan mau mengikuti perubahan," kata Medira dalam keterangannya pada Rabu (1/3/2023).
Medira juga menambahkan bahwa kepala sekolah memiliki tanggung jawab untuk memfasilitasi pengembangan kompetensi guru dengan memperkuat komunitas belajar, baik di dalam sekolah, antarsekolah, maupun di Platform Merdeka Mengajar (PMM), sebuah platform teknologi yang disediakan untuk guru dan kepala sekolah dalam mengajar, belajar, dan berkarya.
Baca Juga:
Kemendikbudristek Siapkan Anggaran Rp14,69 Triliun untuk Program KIP Kuliah 2025
"Kepala sekolah bisa menjadwalkan kegiatan komunitas belajar yang di dalam sekolah dulu secara rutin. Untuk komunitas belajar antarsekolah dan PMM bisa menjadi dukungan tambahan," kata Medira.
Kondisi pandemi Covid-19 telah mendorong sejumlah inovasi dan transformasi pendidikan dilangsungkan dalam waktu yang relatif cepat, sebut saja penggunaan teknologi yang intens dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan kebijakan kurikulum merdeka.
Dalam situasi ini, guru, sebagai garda terdepan pendidikan dituntut adaptif dalam menyikapi setiap perubahan. Namun, tak jarang juga didapati sejumlah guru di Indonesia yang masih belum memiliki kecakapan ini.
Sementara Ketua Penilaian Kinerja Kepala Sekolah (PKSS) Semarang, Sunarno mengatakan pemanfaatan teknologi oleh guru di kotanya masih cukup terbatas.
"Di Semarang masih banyak sekolah yang melaksanakan KBM menggunakan teknologi digital secara terbatas dan belum mengeksplorasi aplikasi-aplikasi yang tersedia saat ini secara maksimal," kata dia.
"Sebagian besar guru menggunakan aplikasi offline misalnya PowerPoint dan hanya sebagian kecil guru memanfaatkan aplikasi online. Inilah yang sedang kita dorong terus," imbuh Kepala Sekolah SMA Kesatrian 2 Semarang tersebut.
Dengan adanya sosialisasi terkait pemanfaatan teknologi yang didukung pihak swasta yakni Quipper, Sunarno menyebut dirinya semakin paham keuntungan-keuntungan dari penggunaan teknologi pendidikan untuk mempermudah penyelenggaraan KBM dan mengelola sekolah.
"Menurut saya, aplikasi seperti Quipper School Premium ini sangat dapat membantu penyelenggaraan KBM lebih efektif, menarik, dan berkualitas. Lebih dari itu, kepala sekolah juga dapat mengontrol KBM secara real time," kata dia.
Quipper School Premium Manager, Riza Purnama mengatakan sosialisasi tersebut merupakan komitmen pihaknya memberikan dukungan kepada kepala sekolah, dalam menghadapi tantangan perubahan pendidikan saat ini.
"Melalui sosialisasi ini, Quipper ingin membekali kepala sekolah dengan pengetahuan praktik agar kepala sekolah dapat membangun kemandirian guru menghadapi perubahan," kata dia. [Tio/Ant]