WahanaNews.co | Kecenderungan penurunan minat membaca, terutama membaca buku pada generasi muda mendapat tanggapan dari Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Koentjoro.
Menurut Koentjoro, keberadaan media sosial yang menawarkan beragam konten yang dikemas menarik secara audio dan visual serta up to date menjadi lebih banyak digemari sebagai media pencarian informasi ketimbang buku cetak.
“Digitalisasi ini sebenarnya bisa kita sikapi untuk back to nature yaitu kembali ke tradisi budaya tutur. Membaca memang bukan kultur masyarakat kita, tetapi budaya tutur. Secara sistem dan di keluarga diajari kembali untuk merenung dan titen (hasil berulang-ulang memepelajari tanda-tanda alam)," jelas Koentjoro dikutip dari laman ugm.ac.id, Kamis (18/05/2023).
Koentjoro mengingatkan buku bukan alat utama pembelajaran masyarakat. Namun, buku merupakan salah satu referensi dalam pencarian informasi maupun memahami persoalan.
Baca Juga:
Elektabilitas Pram-Rano Naik di Survei Jakarta, Pakar Ungkap Sebabnya
“Melalui peringatan Hari Buku Nasional ini jadi momentum mengembalikan pemikiran bahwa sumber belajar bukan hanya buku. Buku-buku tersebut hanyalah referensi bukan yang utama,” ungkap dia.
Koentjoro mengatakan membaca tulisan maupun buku menghasilkan manusia cerdas dan menjadikan berpikir secara rasional.
Namun, ia mengingatkan buku bukan alat utama pembelajaran.
Meskipun, buku memberikan beragam informasi. Namun, tidak mengajarkan berpikir kritis karena tidak terjadi dialog di dalamnya untuk menjawab berbagai keingintahuan pembacanya.
[Redaktur: Zahara Sitio]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.